07

2K 341 22
                                    

SUDAH pukul 7 malam. Sambil menunggu perut agak ringan, Mr. Jin dan Miss Hani memimpin tour singkat di daerah asrama lantai satu yang sebagian besarnya adalah ruang kelas. Tentu saja anak-anak itu membawa amplop mereka. Semua putri membawanya dengan tangan, sementara putra yang punya saku celana melipatnya dan memasukkannya di sana.

Suasana kembali tamaram begitu mereka melangkah keluar dari ruang makan. Tapi yang berbeda adalah mereka sudah tak begitu curiga atau cemas lagi. Lukisan serta dekorasi lorong kini menarik perhatian mata mereka untuk ditelusuri.

"Ini dari emas asli?" tanya Mingyu, menunjuk sebuah patung kecil di atas meja. Bentuknya seperti tangan yang membuka ke arah mereka.

Mr. Jin mengangguk. "Iya, itu sumbangan pemerintah."

Jungkook tersenyum kecut. "Katanya ekonomi lagi terganggu tapi emas malah dijadiin pajangan."

Mingyu menyikut Jungkook dan matanya melirik ke arahnya. Santun dikit napa? Ucapnya dengan lirikan mata.

Jungkook membalas lirikannya. Lah, ga salah kan?

Mr. Jin tersenyum hangat pada Jungkook, seolah ia menghadapi anak TK yang senang ngambek. "Jungkook-ah suka melukis kan? Katanya kamu juga hafal sama nama-nama lukisan."

Jungkook mengerjap-ngerjapkan matanya pada Mr. Jin, teringat dengan data identitasnya.

... Senang dan memiliki kemampuan baik dalam melukis, khususnya perkumpulan manusia. Sering ke pameran lukisan dan menghafal nama-nama lukisan yang jarang diketahui.

"I-iya," jawab Jungkook seadanya.

"Widih, gini-gini pinter gambar ya lu!" Mingyu menyenggol bahunya.

Mr. Jin tak berhenti menatap Jungkook dengan kedua matanya yang seperti almond itu. "Kalau begitu kami beruntung sekali memiliki kamu. Ah, kalau kamu mau melukis, di sini ada kelas lukis yang diajari Miss Hani. Dia jagoannya lho," kini mata itu melirik Miss Hani di sebelahnya.

Jungkook mengikuti arah mata Mr. Jin dan sampai pada wanita berponi dan bermata besar itu. Lipstik yang dikenakannya tak begitu tebal, tapi senyumannya yang lebar membuat bibirnya tampak mencolok.

Jungkook tersenyum tipis dan membungkuk sedikit, begitu pula Miss Hani.

Chaeyeon merasa bosan dengan pemandangan itu dan matanya yang berbinar melirik Mr. Jin. "Kenalin diri dong Mister?"

"Boleh, sambil jalan ya," balas Mr. Jin ramah.

Entah karena pria itu jago masak atau memang wajahnya berkualitas, Chaeyeon baru menyadari ketampanannya.

Rombongan itu pun kembali melanjutkan perjalanan mereka.

Mr. Jin memiliki nama asli Kim Seokjin. Ia berumur 32 tahun lho, berbanding terbalik dengan wajahnya yang tampak masih bocah SMA. Tapi melihat kelakuan dan aura yang dipancarkannya, semua orang akan paham kalau dia sudah dewasa.

Ia berasal dari keluarga berkecukupan di Gwangju. Anak pertama dari tiga bersaudara, satu saudaranya meninggal karena TBC. Ia merupakan lulusan S2 jurusan di universitas yang cukup tinggi di Seoul.

Chaeyeon nyaris menjerit ketika pria itu mengatakan hobinya adalah memasak, itu sebabnya ia sempat menjadi koki sementara di sebuah hotel bintang lima.

Tapi karena dia tipe yang mudah bosan, menu baru dan tampilan mewah rupanya tak menggugah semangat memasaknya. Ditambah, rekan-rekannya sangat menjengkelkan.

Sampai akhirnya, seorang teman menceritakannya tentang White April yang katanya punya dapur luas dan bahan makanan berkualitas. Tempatnya pun indah dan nyaman. Kebetulan ia memiliki reputasi yang baik di bidang psikologi, sehingga langsung saja dia mendaftar ke sana. Tapi tentu saja, rintangannya tak main-main. Ia harus melampaui ratusan pendaftar yang berasal dari kampus-kampus besar.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang