KABUT sudah hilang, kini langit dibendung sekumpulan kapas kelabu yang membuat warna di sekitar danau itu redup.
Mayat-mayat itu dievakuasi oleh orang-orang Amoret Hotel di bawah perintah Asisten. Mereka dimasukkan ke dalam kantung-kantung hitam yang seolah telah dipersiapkan. Mina menelan ludah saat melihat mayat gadis kecil itu digendong.
Dari tempatnya berdiri, Jaehyun dapat melihat penampakan pohon beringin raksasa yang mereka datangi pertama kali tadi. Pohon itu tampak lebih menyeramkan sekaligus membuat penasaran bila dilihat dari kejauhan.
Ia mengepalkan tangan, lalu berjongkok di sebelah Ketua Perkap, memegang bahunya. "Berapa orang pelakunya? Gimana proses pembunuhannya?"
Pria itu menoleh pelan. "Ada sepuluh orang, termasuk saya. Tiap korban diikat dan dipegangi orang yang jumlahnya disesuaikan dengan kekuatan korbannya. Kata si Topeng Babi, sebelumnya korban diminumkan obat yang membuat mereka lemas, jadi mereka tak begitu dapat melawan. Mulut mereka semua juga dilakban sehingga tak dapat bersuara. Dua orang menunggu di pinggiran danau, mereka yang memaksa korban mencelupkan kepalanya ke dalam danau. Setelah dipastikan mati, tali yang mengikat korban dipotong dengan sedikit membabi buta menggunakan pisau. Selanjutnya mereka semua dihanyutkan begitu saja seperti ikan basi."
Di posisi duduknya itu, ia memandang kumpulan kantung mayat yang diletakkan di pinggir danau. "Jujur saja, saya tak bisa melihat proses pembunuhan gadis itu. Semua korban mencoba berontak walau dengan gerakan gemulai, berusaha berbicara, tetapi gadis itu hanya diam mencengkram bonekanya. Saya rasa bonekanya itu sudah menempel dengannya sebelum mereka diculik."
"Bapak bilang mereka bakal bersihin TKP, tapi ternyata nggak. Menurut Bapak mereka kemana?" tanya Mina.
"Tentu saja kabur! Pasti mereka nyaris ketahuan sehingga meninggalkan TKP semudah itu!" jawabnya, seperti sudah kehabisan kesabaran akan takdirnya.
Namun, napasnya itu tertahan ketika sesuatu yang dingin menyentuh lehernya. Mina dan Jaehyun terkejut.
"Sabar Pak ... Di sini posisi Bapak tetap saja pelaku lho," Jungkook, orang yang menyodori sebilah pisau dapur yang berkarat di leher pria itu. Ia sudah mengenakan hoodie hitam.
Jungkook merangkul pria itu dengan pisau mengkilat di tangannya. "Bapak benar-benar nggak tau dalang sama motifnya?"
"Sa-saya serius," Ketua Perkap menjawab dengan sedikit meringis, berusaha menjauh dari pisau Jungkook.
Jungkook keliatan nggak biasa, batin Mina yang merasa aneh.
Ptak!
Suara patahan itu terdengar jelas di telinga keempatnya. Mereka refleks menoleh ke belakang di mana derap langkah seseorang terdengar meninggalkan mereka dari balik semak-semak.
Jaehyun dengan cepat menyibak semak-semak dan melihat seorang anak berlari masuk ke dalam pepohonan.
"Oi!" seru Jaehyun yang berlari mengejar anak itu.
Mina dan Jungkook saling berpandangan, lalu ikut bangkit bersama Ketua Perkap untuk mengejar anak itu.
•••
Karpet merah yang menjulur di sepanjang lorong meredam suara tepak kaki mereka. Dinding lorong didominasi warna krem dengan lukisan hampir di setiap sela pintu kamar.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.