MINA menatap Jaehyun dengan mengerjap-ngerjapkan matanya.
Jaehyun berusaha meredakan rasa cemasnya.
"Waktu kita ngumpul di aula pertama kalinya, ada anak-anak sebaya kita yang make topeng, kulit mereka ada bintik-bintik biru. Waktu game Secret Tale of the Lake, Rose ke lab dan ketemu anak bergelang mirip mayat-mayat tadi. Mayat-mayat tadi punya akar di sepanjang kulitnya, zombie-zombie itu juga ..."
"Lo sebenarnya mau ngomong apa?" tanya Mina tak sabar.
"Ini proses," ucap Jaehyun pada akhirnya.
"Proses?"
"Pertama, gejalanya berupa batuk-batuk. Kedua, muncul bintik-bintik biru, atau hijau keunguan. Ketiga, peredaran darah—mirip akar biru muncul di sekitar kulit, mungkin di saat ini pikiran sama emosi mulai kurang stabil. Keempat, perubahan yang paling mengerikan : zombie. Kita butuh vaksin, waktu ditemuin ga mungkin langsung didistribusikan, pasti ada percobaan dulu. Waktu itu penyebaran sudah parah, butuh vaksin segera, mereka butuh kelinci manusia asli. Siapa yang dirasa pantas, dan secara bersamaan tak dipedulikan banyak orang? Narapidana."
Jaehyun menghela napas.
Mina ikut duduk di sebelah Jaehyun. "Jadi ... Anak-anak sebaya kita itu udah terjangkit."
"Di vila Mingyu, mereka napi yang diuji coba dengan berbagai siksaan."
"Rose masuk ke dalam lab pembuatan dan percobaan vaksin. Angka-angka di gelang cewek itu nomor urut kelinci percobaan."
"Mayat-mayat tadi kemungkinan dalam tahap vaksinasi, tapi karena gagal ditembak mati. Kemungkinan besar juga mereka napi."
"Terakhir, zombie-zombie tadi final dari semuanya. Tapi mereka digambarkan sadar, ada maksud filosofis atau memang gitu?"
Jaehyun menggeleng. "Waktu jadi zombie harusnya mereka udah hilang ingatan, jadi apa mungkin ..." Jaehyun mendongak ke atas, menemukan seekor kepik, sebuah CCTV. "Ini tujuan kalian? Bukan neraka hitam tapi neraka putih, kalian mau nyadarin kami ... Kalau ini bukan game iblis yang ditayangkan untuk kalangan bangsawan, tapi game untuk uji coba imun kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Misteri / ThrillerSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021