42

900 159 39
                                    

BIOLOGI pagi itu berjalan dengan tenang. Walau Mr. D mengajar dengan ramah, tapi tetap saja hanya ketegangan yang dapat mereka rasakan.

Mereka harus membelah katak, mengidentifikasi organ-organnya, lalu membuat catatan singkat hasil penelitian.

Pelajaran hari itu berakhir pukul 2 siang, dan lagi-lagi diakhiri dengan tes Matematika.

Begitu pelajaran berakhir, mereka memilih berpencar yang terbagi atas grup besar dan grup kecil.

Mingyu, Eunwoo, June, Chaeyeon, Eunha, dan Jungkook menjadi satu grup, Rose sendirian di kamarnya, Mina yang katanya ingin menjenguk Rose, serta Jiho dan Jaehyun yang tentu saja bersama.

Eunha tak ingin lagi menanam bunga, menemukan mayat hari itu sudah cukup mengerikan baginya. Lagipula dia ingin teh panas buatan Chaeyeon untuk menenangkan tenggorokannya yang sejak semalam sudah bermasalah.

Di taman belakang, Chaeyeon, Eunha, June, dan Eunwoo duduk bersama di atas karpet di bawah pohon besar.

Mereka tengah menunggu Mingyu yang katanya mengajukan diri untuk membuat cemilan sendiri ditemani Jungkook. Tentunya mereka tidak duduk di sana hanya dengan membawa karpet, tapi juga beberapa pisau dapur dan palu untuk berjaga diri.

"Rose kasian ya, baru kali ini gue liat dia marah," celetuk Chaeyeon, mengingat Rose di ruang makan tadi, terlebih luka di lehernya.

June menimpali, "normal banget sih kalo Rose marah. Kalo gue di posisi dia gue juga nggak butuh perhatian siapa-siapa."

"Wah, lo punya empati juga ya," goda Eunha yang hatinya masih berbunga karena jepit rambut.

June hampir menyalak sampai Eunwoo merebut jatah bicaranya. "Gue rasa Rose itu pengen keliatan sempurna tanpa kekurangan sedikit pun di depan semua orang. Dia pengen keliatan pintar, keliatan cantik, keliatan kuat juga. Orang kayak gitu walaupun depannya rendah hati aslinya haus perhatian sama pujian."

Eunha melirik Eunwoo dengan alis berkerut. "Lo ... Suuzon banget si Woo .." walaupun sebenarnya dia sedikit percaya.

"Walaupun dia emang beneran kayak gitu, bukan urusan kita kan?" ujar Chaeyeon. "Kita ambil baiknya Rose aja, dia emang baik, pintar, cantik, sama pintar buat terlihat kuat. Sejelek-jeleknya orang pasti ada kebaikannya, sebaik-baiknya orang pasti ada jeleknya. Orang waras kalo makan ikan dagingnya dimakan tulangnya dibuang, orang sedeng aja yang tulangnya dimakan dagingnya dibuang. Yah ... Kecuali kalau lo polisi sih."

June menganga. "Woah .."

"Chae, lo baik banget, kebalikan banget sama Enu .." cibir Eunha bercanda.

"Hm ..." Eunwoo sedikit membungkuk dengan menatap lurus Chaeyeon di depannya.

Chaeyeon tersenyum pada Eunwoo. "Lo juga gitu Woo, walopun lo sosiopat, senggaknya lo pintar sama cakep."

June terkekeh. "Haha, gini dibilang cakep? Cantik mulus gini kok ngalahin IU."

"Eh, bener, kulitnya Enu alus banget ya?" celetuk Eunha kemudian terbatuk.

Mereka bertiga saling berlontar candaan sementara Eunwoo terus menatap Chaeyeon yang tak memperhatikan. Dia berpikir ...

Baginya Chaeyeon itu sangat cantik, bahkan yang tercantik di sini. Dia memenuhi semua "kriteria" kecantikan gadis Asia : putih, wajah China, bibir merah, proporsi tubuhnya juga bagus. Dia gadis yang baik juga dan peduli pada semua orang, bahkan satu-satunya yang tak pernah menatap kesal dirinya yang sering berbuat sarkas.

Eunwoo pernah bertanya pada Mrs. A tentang ranking nilai Matematika, dan rupanya Chaeyeon bertengger di ranking 4 dengan skor 95. Tak mengherankan, orang yang suka memasak biasanya pandai berhitung dari kebiasaannya memperkirakan takaran tiap bahan, juga bagaimana mereka menyusun komposisi makanan yang sempurna.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang