51

447 97 12
                                    

CHA EUNWOOSILVER VILLAGE, DEVON, INGGRIS, 1930

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHA EUNWOO
SILVER VILLAGE, DEVON, INGGRIS, 1930

“BULAN bersinar cukup terang dan warna kuning bunga itu sangat mencolok,” jawab gadis itu dengan tenang, lalu melanjutkan ceritanya.

“Selain lokasi jatuhnya, seingat saya mawar kuning juga hanya milik Mrs. Julia. Baru kali ini pot itu jatuh jadi saya mengetuk-ngetuk pintu kamar beliau dengan sedikit panik. Tak butuh waktu lama, Mr. Liam juga bergabung dengan membawa sebotol semprotan tanaman. Beberapa detik kemudian ia membuka pintu dan mengatakan bahwa ia tak sengaja menjatuhkan pot itu karena mengantuk. Saya kemudian kembali ke tempat sebelumnya menutup jendela tadi, lalu saat kembali ke lorong untuk menuruni tangga, saya melihat Mr. Rolland memasuki kamar Mrs. Julia.”

“Oh, lo dengar sesuatu waktu lewat?” – Eunwoo

“Tidak, itu hal yang tidak sopan dan saya juga tidak berani melawan kepekaan Mr. Rolland, dia pasti akan langsung tahu jika ada orang yang mengupingnya walau barang dua detik.” – Jeanne

“Oke, lanjut.” – Eunwoo

“Lompat ke beberapa waktu sebelum kejadian, sekitar pukul 10 malam lebih. Saat itu saya baru saja selesai mengepel dan meletakkan peralatan pel di kamar sapu. Dari kamar sapu ke kamar saya, harus melewati aula sehingga saya melihat ketika Ben dan Mr. Rolland turun dari tangga menuju pintu belakang. Saya mengabaikan mereka dan pergi ke kamar saya. Saya mencoba untuk tidur, tapi saya tidak bisa, Mr. Cha. Biasanya jika saya sulit tidur tandanya ada tugas yang lupa saya kerjakan, mungkin menutup jendela. Itulah kenapa saya keluar kamar dan berjalan ke aula dengan santai. Beberapa langkah sebelum sampai ke aula, tiba-tiba saya mendengar teriakan seorang pria yang sangat mengerikan dari arah pintu belakang. Saya segera berlari ke sana dan membeku di tempat saat seorang pria asing berambut ikal dan bertopi baret berlari masuk ke arah lorong utara. Larinya sangat cepat, hanya itu gambaran yang saya dapat. Dalam keadaan tegang itu, saya mengalihkan pandangan ke pintu. Saya tahu siapa yang berteriak tadi dan walau aliran darah saya seperti melambat, saya tetap memaksakan diri ke sana …”

Jeanne memejamkan matanya kuat seperti tengah menahan rasa sakit, lalu kembali membuka dengan pandangan ke bawah. Jemari-jemarinya meremas rok hitamnya. “Saya sampai jatuh terduduk dengan pandangan terpaku padanya. Di bawah sinar bulan berbaur kabut, saya masih bisa melihat Mr. Rolland yang terbujur di tangga dengan tangan kanan memegangi leher yang terus mengucurkan cairan merah beraroma tak sedap. Matanya melotot menatap saya, seolah saya adalah satu-satunya harapan. Lalu dari kejauhan, saya mendengar suara bantingan dan derap kaki di lorong, dilanjutkan teriakan Mrs. Monic, tapi semua itu terabaikan dengan pemandangan di hadapan saya.”

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang