44

840 168 51
                                    

MENU makan malam nikmat seperti biasanya, namun kali ini mengambil konsep masakan Jepang.

Ramen dengan irisan daging berkualitas, satu buah sushi salmon, dua daifuku berisi stoberi, dan segelas clear drink untuk setiap orang.

Makanan-makanan itu sangat unik dan menggiurkan, tapi sayangnya Mingyu sangat tak berselera makan. Pengumuman tenang dari Madame Irene soal dia menjadi salah satu pemain malam itu membuatnya cemas setengah mati sekaligus lega. Dia tak sampai setengah melahap ramennya, sushi tak disentuhnya, dan daifuku adalah satu-satunya makanan yang ia habiskan.

Mingyu melirik irisan salmon itu. Kenapa tadi harus belah katak sih? Jangan becanda ah ...

Matanya bergerak ke arah lain, ke anak-anak sebarisnya, lalu ke seberangnya. Eunwoo menangkap pandangan anak itu dan cukup menjengkelkan, dia malah mengejek Mingyu dengan memperagakan anak yang sedang menangis dengan membentuk huruf T dengan kedua tangannya.

I'm like TT~

"Ish," geram Mingyu, tapi Eunwoo yang tertawa pelan tanpa suara membuat kejengkelannya hilang seketika.

Senggaknya ada Eunwoo, gue bisa manfaatin otak sama kestabilan mentalnya, kalau Chaeyeon ... Syukur kita sekelompok hehe.

Tiba-tiba Mingyu kembali teringat saat gunting besi merobek perut luar katak yang tipis itu. Kemudian seperti kado dua lapis, lapisan setelahnya berupa kulit transparan yang begitu dicongkel menampilkan denyutan jantung si katak.

Mingyu menutup mulutnya, merasa ingin muntah.

"Ming?" Jaehyun di sebelahnya menepuk punggung Mingyu, lalu Chaeyeon berdiri mengambil segelas air putih dan memberikannya para Mingyu.

"Minum nih," suruh Chaeyeon yang tanpa dijawab langsung mengambil gelas itu dan meneguk isinya. "Pelan-pelan ..."

Mingyu menghela napas. Ia melirik ke Jaehyun, lalu ke Chaeyeon, kemudian matanya mengarah ke meja makan. "Makasih ..."

Sudut bibir Chaeyeon sedikit terangkat. "Sama-sama."

Mingyu berdiri dan berjalan menjauhi meja makan. Ia tak mempedulikan Miss Hani dan Mr. Jin yang berdiri di dekat pintu. Mata Mr. Jin terus mengikuti Mingyu yang berhenti di depan jendela, sambil terus mengetuk-ngetuk meja benda hias di sampingnya.

Langit gelap dan pepohonan lebat ditiup angin adalah suasana hatinya. Sekarang bukan hanya mual (isi perutnya seperti ramen yang diaduk-aduk), jantungnya berdetak lebih kencang namun seperti terendam. Tapi kalau lebih fokus, dia merasakan hatinya diliputi sesuatu yang berat dan bersabut hitam, seperti ... Rasa bersalah.

"Lo takut Mingyu?"

Mingyu menoleh ke sebelahnya dan seketika kilat menyapa dan petir menggelegar dramatis. Saat kilat tadi, Eunwoo tampak seperti vampir.

"Kenapa? Lo berani ya?" cibir Mingyu yang dibarengi senyum sinis.

Eunwoo menyeringai dan ikut menatap jendela yang kini diserang peluru-peluru hujan. "Lo bukan manusia kalau nggak takut."

"Semuanya bakal baik-baik aja kok," Chaeyeon bergabung sambil melahap daifuku-nya yang tersisa di tangan kirinya. Mingyu memperhatikannya sampai gadis itu berdiri di samping Mingyu. "Kita kuat, kita pasti bisa. Daripada mati dipermainkan gini, lebih baik gue bunuh diri."

"Romantis juga lo," komentar Eunwoo meliriknya, yang dibalas lirikan sekilas oleh Chaeyeon.

Selama satu detik lebih, tiba-tiba lampu mati. Tak mengejutkan dan tak begitu gelap karena lilin-lilin di meja dan sekitar ruang makan, serta jendela dibanjir cahaya bulan.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang