34

866 171 19
                                    

[2/7]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[2/7]

ROSE menggigit bibirnya dan merenggangkan jemarinya di lingkaran setir. Lagu masih terputar saat matanya melirik Jiho yang sejak tadi meliriknya cemas. Bersamaan, mereka menoleh ke kursi belakang.

Seorang gadis duduk di tengah kursi belakang. Rambut panjangnya yang hitam menutupi wajahnya, bahkan menjulur hingga menyentuh kedua tangannya yang diletakkan di atas lutut.

Tiba-tiba lagu berhenti, membuat Jiho terkejut dan menoleh ke arah radio yang mati.

Rose kembali menoleh ke belakang, mendapati gadis itu sudah duduk tegak dan rambut panjang tak lagi menutupi wajahnya. Matanya yang belo melotot dan mulutnya tertutup rapat menahan sesuatu, seperti ingin muntah.

Rose memberanikan dirinya. “Anu …”

Baru akan bertanya, mulut gadis itu terbuka lebar menyemburkan ribuan serangga bersamaan dengan teriakan yang mengiris pendengaran.

“AAA!” pekik Rose dan Jiho bersamaan saat hewan-hewan kecil itu menyembur ke arah mereka. Buru-buru mereka membuka pintu dan melompat keluar dengan tangan mengais-ngais udara untuk menyingkirkan serangga-serangga itu.

“Hiih …!” Rose menyingkirkan beberapa lipan dan melata di atas tangannya, lalu menyingkirkan kecoak dan ulat di bajunya.

“AA!!” Jiho yang berada di depan sorot lampu depan mobil menjerit panik sembari menyingkirkan seekor kelabang besar yang melata di betisnya. Dalam penerangan kuning yang samar, diinjak-injaknya serangga itu di atas aspal dengan agresif.

“Ho!” seru Rose, berhambur ke arahnya dengan panik.

Jiho menatap mobil, tepatnya bagian kursi belakang dengan ngeri. “Dia ilang …”

Rose menutup mulutnya dengan tangan, mencoba untuk merelaksasi sedikit debaran jantungnya. Ia menoleh ke arah Jiho, lalu membeku begitu merasakan sesuatu yang dingin dan tajam menyentuh leher sampingnya.

“Jangan bergerak.”

Jiho dan Rose tetap menggerakkan perlahan kepala mereka ke belakang.

Disiram cahaya mobil yang samar, berdiri sekitar delapan orang berpakaian serba hitam dengan berbagai persenjataan di tangan. Ada pemegang tombak, bambu runcing, dan pisau. Beberapa dari mereka juga membawa obor. Mereka memakai topeng tengkorak, tatapan serta gaya mereka seperti suku Indian yang siap membunuh.

Jiho dan Rose mengangkat kedua tangan mereka. Pria yang paling besar, yang sepertinya pemimpin mereka menyodongkan tombak.

“Kawal mereka,” perintahnya tegas.

Dua orang, yang satu adalah perempuan yang kulitnya masih bagus dan satunya adalah laki-laki berurat keras. Masing-masing mencengkram lengan Jiho dan Rose.

Pria yang mencengkram kuat Rose meliriknya tajam. “Jalan,” ia menunjukkan taring giginya yang tajam.

Dengan ketakutan, Jiho dan Rose mengikuti iringan para pemburu itu. Mereka berjalan meninggalkan mobil, mengarah ke hutan di samping jalan.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang