"kalau gak vote, enu tembak lo!"
- eunwoo si muka polos pantat bayiPRIA itu menulis cepat dengan spidol di papan tulis. Lengan bajunya yang digulung hingga siku menampilkan perbedaan warna dengan bagian pergelangan. Matanya kecil di balik kacamata segi empat. Dagunya kokoh segiempat, orang yang bertekad kuat.
Galaksi debu menerawang dalam cahaya terang dari jendela yang menyirami tubuh jangkungnya. Anak-anak berseragam putih duduk rapi di meja masing-masing yang terpisah, memperhatikannya dengan seksama.
Pria itu kemudian menghadap ke murid-muridnya dengan spidol menunjuk tulisannya. "Jadi begitu ya, anak-anak! Seperti contoh tadi, parler* menjadi parlent* jika dalam bentuk ils atau elles. Paham?" *berbicara
"Oui, Monsieur!" balas beberapa dari mereka. *iya, pak!
"Ya, silakan dicatat, lalu kumpulkan di depan," perintahnya dengan nada tegas, lalu berjalan ke mejanya.
Jaehyun memutar-mutarkan pulpen di jemarinya. Tangan satunya menopang pipi dan netranya mengarah ke arah pulpen yang dimainkannya itu. Catatan Bahasa Prancis-nya yang rapi sudah lengkap.
Dia memikirkan Mina dan Eunha kemarin.
Pertama saat dua gadis itu terlambat datang di jamuan sore. Mina, gadis yang hampir selalu tak berekspresi, gadis yang menurutnya menipu orang-orang dengan wajah ramah dan polosnya, tapi tidak baginya. Harusnya gadis itu memang begitu, tapi yang kemarin sedikit berlebihan.
Kenapa senyum sampai mata lo menyipit gitu? Kenapa mata kelam lo itu berbinar? Pikir Jaehyun.
Dia menoleh ke pojok ruangan, meja kosong yang berada di belakang Jiho.
Soal Eunha, ia masih pingsan dan tengah berbaring di UKS yang terletak di lantai bawah. Penyebab histerisnya belum diketahui pasti karena Madame tak pernah memberitahukannya, tapi hampir semua murid menduganya karena syok akan mimpi-mimpinya.
Jaehyun mendecak. Eunha nggak usah ditanyain lagi anehnya. Sebenarnya mereka barusan ngapain sih di rawa itu?
Saat Jaehyun tengah menatap meja yang seharusnya ditempati Eunha dengan lekat, Jiho menatapnya. Langsung saja Jaehyun tersenyum simpul, dibalas senyum malu-malu Jiho yang kembali menghadap ke papan tulis. Jaehyun juga kembali menghadap mejanya.
Tapi yang paling aneh ... Bukannya Madame sama Miss Hani? Iya, kenapa mereka bengong gitu? Bersamaan? Normalkah? Gue juga diam, kita semua diam kecuali Jungkook. Aneh, waktu itu yang gue rasain ... Rasa takut.
TENG ... TONG!
"Yey!" sorak Chaeyeon sumringah.
Jaehyun sedikit terkejut hingga pulpennya menggelinding hingga jatuh ke lantai. Ia menghela napas dan berlutut untuk memungutnya, tapi sialnya pulpen itu kembali meluncur karena tangannya berkeringat.
Sial, Jaehyun, lo kenapa? Gerutunya.
Pensil itu menggelinding hingga berhenti di depan sepasang kaki besar di hadapannya yang tentu saja membuatnya mendongak.
Mr. B, tersenyum kaku padanya, kacamatanya yang berkilat membuat membuat matanya nyaris tak tampak.
"Tanganmu gemetaran lho, Jaehyun," ujarnya, memungut pensil itu, lalu menyodorkannya.
Jaehyun menerimanya dengan sedikit menganga, kemudian segera berdiri dan memasang wajah hangat.
Interaksi dua orang itu tak begitu dipedulikan dan murid-murid tetap fokus ke catatannya dan lainnya mengobrol kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
غموض / إثارةSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021