JUNGKOOK memperhatikan dua angka itu sejenak, lalu menjawab dengan nada pasti, "31."
"Kenapa?" tanya Mingyu."Jumlah hari dalam bulan Agustus," jawabnya.
Mingyu menyeringai, "itu bukan tebakan dong ..."
"Baru nemu," balas Jungkook.
"Udah ah buruan, gue mau minum," ucap Eunha tak sabar.
"Iya, iya, ayo ke kanan," balas Mingyu.
Mereka menoleh ke jalan di sebelah kanan. Sempat ragu, tetapi akhirnya melangkah juga menyusuri jalan itu.
"Tetap waspada guys," kata Jungkook dengan tangan terkepal kuat.
Eunha dan Mingyu mengangguk. Mereka berjalan cepat penuh kewaspadaan seperti tentara. Tanaman jagung yang tinggi nan kering itu bergesek-gesek ditiup angin, membuat mereka merasa kecil dan terperangkap.
Lagi-lagi pertigaan, tetapi tak ada boneka di sana.
"Apa ni?" Mingyu berkacak pinggang.
"Jangan bilang ini labirin," ucap Eunha ngeri.
"Kalau gitu emang keberuntungan," Jungkook berjalan ke arah kanan, diikuti Mingyu dan Eunha.
Mereka terus berjalan, berbelok, dan kembali menemukan boneka sawah. Namun, boneka sawah itu berbeda dari sebelumnya dan berjumlah dua. Di bagian perut mereka sama-sama tertulis angka. Angka 33 di sebelah kanan dan angka 40 di sebelah kiri.
"Lagi?" Eunha mendecak.
"Keliatannya yang ini bahaya," ujar Mingyu, menatap boneka nomor 33 yang memegang sabit dan boneka nomor 40 yang memegang kapak.
"27 ke 33 nambah 6, 27 ke 40 nambah 13. 31 ke 33 nambah 2, 31 ke 40 nambah 9. Hah?" Eunha berusaha mengira-ngira.
"Kita tadi pilih 31 kan sebelumnya, mungkin ini ngebentuk pola matematika," ujar Jungkook dengan pandangan meminta persetujuan.
Mingyu mengeraskan rahangnya sebelum ia berbalik tanya, "Bisa aja, cuma kita nggak tau kan ini lompat 2 angka atau 9 angka?"
Eunha yang tak tahan dengan rasa hausnya berkata, "Tadi kita pilih kanan, apa coba keberuntungan ke kanan lagi aja? Nomor 33."
Jungkook memasang raut setengah tak setuju, Mingyu juga tak yakin, tetapi kehausan membuat mereka tak punya pilihan lain.
"Iya, coba lagi aja," balas Jungkook akhirnya.
Dengan mata yang menatap awas pada kedua boneka, mereka melangkah ke arah kanan dengan napas setengah tertahan. Angin panas yang tertiup membuat kulit ketiganya terasa meremang.
Jungkook menoleh ke belakang dengan tatapan penuh kewaspadaan ketika mereka berbelok. Tak ada apa pun, hanya tanaman-tanaman jagung tebal yang bergesekan.
"Kita benar," ucap Mingyu sedikit lega, bibirnya hampir membuat senyum.
"Iya ... Syukurlah," balas Jungkook yang masih sebentar-bentar melihat ke belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Mystery / ThrillerSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021