08

1.9K 343 29
                                    

ROMBONGAN itu kemudian menapaki anak-anak tangga, tentu saja berhati-hati di bagian yang Jaehyun nyaris pijaki tadi. Kali ini June dibantu oleh Jungkook sementara Eunwoo memilih untuk berjalan sendiri di paling belakang.

Sesampainya di lantai atas, kini mereka dapat melihat dengan jelas jendela kaca patri yang membentuk seorang ibu dan anak bayinya yang digendong. Dan tentu saja, ada angsa yang memperhatikan keharmonisan ibu-anak itu.

June mendecih. Ortu? Ortu gue kayak gimana ya?

Semua anak kecuali Rose, Mina, dan Jaehyun tentu saja memandang penasaran tirai merah di sebelah kanan dan kiri mereka. Sementara tiga anak yang pertama bangun di asrama itu terkejut karena baru menyadari ada pintu-pintu menuju lorong lain yang melingkari pagar tangga atas. Tapi kalau dipikir-pikir masuk akal karena tadi begitu gelap, lorong-lorong yang kini terlihat itu tadinya hanya seperti kolam tinta hitam.

Mr. Jin menghadap semua anak. "Nah, dari sini laki-laki sama perempuan pisah ya. Dibalik tiap tirai ada lorong menuju kamar masing-masing. Zeus untuk laki-laki, Aphrodite untuk perempuan. Zeus ikut saya, Aphrodite ikut Miss Hani," jelasnya, menunjuk setiap tirai yang memang di atasnya terdapat papan nama.

Beberapa dari mereka mengangguk dan saling menoleh ke lawan jenis dengan canggung.

Rose tersenyum pada cowok-cowok itu sembari melambaikan tangannya. "See you boys," ucapnya.

Melihat kepercayaan diri Rose membuat gadis-gadis lain ikut tersenyum, kecuali Mina. Cowok-cowok membalas ucapan Rose dengan ramah.

Siapa yang tak kuasa menahan diri untuk tak tersenyum balik pada gadis mempesona seperti Rose? Yeah, kecuali Jungkook dan June yang sepertinya satu aliran, mereka hanya menaikkan alis yang cukup membuktikan bahwa mereka tak begitu tertarik dengan cewek.

"Baik, ikuti saya girls," ujar Miss Hani, berjalan di depan menuju lorong Aphrodite.

Gadis-gadis itu membalikkan punggung mereka dan mengikuti langkah Miss Hani yang hening. Diam-diam June memandang anak-anak perempuan itu, salah satunya tepatnya. Dia menatap rambut blonde Rose dengan perasaan heran yang aneh.

"June?" suara serak Jungkook yang setengah berbisik membuatnya segera mengalihkan pandangan dan cepat-cepat mengikuti Mr. Jin yang rupanya telah berjalan maju bersama anak-anak lain.

"Heh, pelan-pelan! Kaki lo kan sakit!" seru Jungkook, membuat beberapa orang menoleh ke arahnya, tapi kemudian lanjut berjalan.

June terkejut, menatap kembali kakinya, lalu berusaha terlihat tenang. "Ah, iya, tolong ya," ujarnya tanpa memandang Jungkook.

Jungkook memandangnya curiga, tapi kemudian tak memperdulikannya dan segera membantu June untuk berjalan.

Miss Hani menyibak tirai merah dan menampakkan lorong kamar putri yang diterangi tamaram lampu hias. Enam kamar terbagi menjadi dua barisan yang saling berhadapan. Setiap pintu memiliki papan nama.

Rose dan Mina saling berpandangan heran. Mereka berani bersumpah meninggalkan semua pintu terbuka tadi. Ah, kecuali satu pintu yang terkunci.

Tiga gadis di antara mereka sibuk mengagumi pemandangan di hadapan mereka yang seperti penginapan mewah. Tembok yang menghadap pintu masuk ditempeli oleh sebuah pigura besar, sebuah pemandangan. Tapi kali ini bukan lukisan, melainkan foto. Foto sebuah pulau.

Mata Eunha memicing. "Itu pulau ..."

Klek!

Belum selesai bertanya, suara salah satu pintu yang dibuka mengejutkan mereka semua yang tengah dalam keheningan.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang