AUDITORIUM itu dijaga oleh seorang pria berbadan kekar dengan topeng badut, cukup menunjukkan bahwa tempat itu berpotensi untuk menjadi tempat terjadinya tragedi.
"Uhuk, uhuk!"
Semua anak menoleh pada Eunha yang terbatuk-batuk.
"Lo udah minum obat yang disuruh Mina?" tanya Jiho sambil mengelus punggung Eunha.
"U-udah kok," jawab Eunha sambil meraba tenggorokannya.
"Kita nyari minuman anget aja dulu, itu ruang makan," saran Jaehyun, menunjuk sebuah ruang yang bagian depannya berdinding kaca sehingga pemandangan mewah ruang makan di sana terlihat menawan.
Mereka pun berjalan bersama menuju ruang makan itu. Semua orang benar-benar mengenakan topeng dan pakaian mahal, membuat ketujuh anak berpakaian putih itu tampak sangat mencolok.
Stan-stan makanan menyediakan makanan yang sangat menggiurkan. Mulai dari daging panggang hingga es krim vanila, semuanya ada di sana.
Jiho sedikit bergidik ketika melihat stan kue, tetapi rasa ngerinya itu hilang saat melihat lukisan di sebelah stan kue tersebut. Jiho mendekatinya dan memperhatikan lukisan-lukisan yang dipajang.
"Mana ya tehnya?" ucap Mingyu dengan kepala celingukan.
"Permisi," seorang pelayan wanita bertopeng senyum dengan gambar air mata mendatangi mereka. "Ada yang bisa dibantu?"
"Bisa tolong 1 teh panas? Atau minuman herbal pereda batuk," pinta Mina.
"Tentu Nona, kami punya minuman jahe," balas wanita itu.
"Gue mau ambil puding," kata Jungkook, seolah meminta izin.
Ia kemudian bangkit dan mengambil sepiring puding, tetapi ia tak langsung kembali ke tempat duduknya, melainkan ikut memperhatikan lukisan bersama Jiho.
Mingyu mengetuk tangan Jaehyun yang ia letakkan di bawah. Namun, tampaknya Jaehyun punya masalah pikiran yang lebih kacau.
"Lo suka seni ya?" tanya Jungkook.
Jiho mengangguk, matanya masih menatap lukisan di depannya. Lukisan potret diri seorang wanita yang menghadap ke samping. Matanya lebar, seperti ingin memberitahu sesuatu, walau akhirnya hanya sensasi ketiadaan yang ada pada ekspresi wajah dan sosok dirinya.
"Karena balet gue jadi tertarik sama karya seni, termasuk juga karya sastra Eropa abad pertengahan. Virginia Woolf salah satu orang yang nggak bisa kita lupain kan? Cara dia bernarasi bisa bikin gue serasa jadi orang lain," jelas Jiho, lalu menoleh pada Jungkook yang melahap satu sendok puding cokelat di tangannya. "Lo gimana?"
Jungkook menelan pudingnya. "Nyokap gue sempat kerja di penerbitan buku barat di Inggris. Tiap kali dia pulang dia pasti bawain buku cerita sebagai oleh-oleh. Cerita barat emang unik sih, tapi yang paling gue suka ilustrasinya. Pernah ada satu buku, itu pertama kalinya gue liat lukisan-lukisan Van Gogh dan gue yang awalnya cuma ngelukis asal jadi serius mendalami teknik ngelukis."
"Interesting, jenis lukisan favorit lo apa?"
"Self-portait," jawab Jungkook.
"Dari semua lukisan self-portait, mana favorit lo?"
"Self-portait adik gue," Jungkook meletakkan sendok di atas piringnya yang sudah habis.
Jiho mengernyit. "Adik? Lo bilang ga punya adik ..."
Jungkook tak menjawab, ia menoleh ke arah meja teman-temannya di mana dua orang pelayan datang membawa sejumlah minuman. Pemuda itu meletakkan piring bekasnya di meja terdekatnya dan berjalan ke sana, yang dengan kurang puas diikuti Jiho.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Misterio / SuspensoSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021