83

284 65 8
                                    

MANIK Eunha bergerak ke sekitar, memperhatikan betapa menakutkannya tempat itu dalam redupnya cahaya lilin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

MANIK Eunha bergerak ke sekitar, memperhatikan betapa menakutkannya tempat itu dalam redupnya cahaya lilin.

Pointer bergetar, membuat keempat anak itu kembali fokus ke pertanyaan berikutnya.

P-E-R-T-A-N-Y-A-A-N K-E-D-U-A.

Pertanyaan kedua, batin Rose.

A-P-A-K-A-H E-U-N-H-A P-E-R-N-A-H M-E-N-J-A-D-I S-E-O-R-A-N-G P-E-L-*-C-U-R?

HAH?!

BRAK!

Eunha menggebrak meja dengan mata melotot. "Gue bukan pel*cur!"

"Eunha, tenang!" Mingyu menariknya untuk duduk kembali.

"Gue bukan cewek kayak gitu! Gue ga akan jual diri semudah itu!" pekik Eunha, kemudian terbatuk-batuk.

"Eunha, tenangin diri lo," ucap Mingyu yang merasa kasihan pada gadis terbatuk-batuk hingga matanya berair itu. "Lagipula nggak ada yang berpikiran kayak gitu, iya kan?" ia menoleh pada Jiho dan Rose.

Mingyu terkejut.

Tampak keraguan pada air wajah keduanya, tetapi mereka tak mampu untuk mengungkapkannya.

Eunha mencibir, "gitu ya? Cuma karena gue keliatan 'gatel' sama Jungkook kalian anggap gue pel*cur?"

Rose menyanggah, "nggak Eun, gue cuma mau berhati-hati aja. Lo nggak gatel sama Jungkook kok, lo sangat di batas sewajarnya, tapi ..."

"Tapi kadang yang keliatan polos ... Bisa jadi mengerikan, contohnya Chaeyeon," lanjut Jiho dengan tegas.

Eunha kini berpindah memandangnya. "Bukannya yang harus dicurigai itu lo ya? Santai banget masuk ke klub berasa rumah."

Mulut Jiho terbuka, amarahnya mulai memanas. "Maksud lo?"

Mingyu mencoba menengahi, "guys—"

Eunha tersenyum merendahkan, "maksud gue dengan badan lo yang sering lo pamerin buat nari itu, ambisi lo yang rela ngelakuin apa aja demi tujuan lo, gue yang pasti bakal milih lo kalau ditanya siapa l*cur di antara semua cewek."

Jiho berusaha menahan dirinya, ia berkata penuh penekanan dengan tangan menunjuk, "jangan sekali-kali lo ngerendahin balet. Orang-orang bermental kumuh kalian nggak akan ngerti nilai seni dari balet! Gue punya prinsip buat jadi wanita yang terhormat, gue nggak akan sekali-kali ngelakuin itu bahkan walaupun ganjarannya mati!"

"Bukannya orang-orang balet itu punya dua muka?" tantang Eunha.

"DASAR—!" Jiho berdiri dan menjambak rambut Eunha.

"GUYS, STOP! POINTERNYA!" pekik Mingyu.

Mereka semua melihat ke arah pointer yang gemetaran, memberi tanda.

"Buat keputusan yang cepat, ya atau tidak?" ucap Mingyu, memandang mereka.

"No," balas Eunha dengan mata tajam ke arah Jiho.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang