21

1.1K 232 6
                                    

KYARR!!

Suara kaca pecah.

Jemari lembut yang telapaknya terbalut perban itu refleks berhenti menari di atas tuts-tuts piano. Kepala itu tertoleh, Eunwoo mengerjapkan matanya malas.

"Apaan tuh?" ia bangkit sambil mengacak-acak rambutnya, tapi kemudian merapikannya lagi saat berjalan ke arah pintu ruang musik.

Ia berdiri di ambang pintu dan menoleh ke kanan dan kiri. Sepi, terlalu sepi. Dan yang lebih aneh lagi, meski sudah agak gelap, lampu lorong tak dinyalakan.

Eunwoo menatap jam tangannya yang tersembunyi di balik lengan bajunya. "Bel hari ini agak telat, ya?" gumamnya.

"Eunwoo!"

Eunwoo menoleh ke kanan dan mendapati Mingyu yang setengah berlari ke arahnya. "Lo denger suara kaca pecah?"

Eunwoo mengangguk. "Iya, barusan. Kayak dari daerah kantornya Madame."

"Mau periksa?"

Eunwoo menatap Mingyu lekat, membuat Mingyu mengernyit dan sedikit takut.

"A-apa?" ucapnya kesal.

Tatapan Eunwoo kembali tenang. "Lo dari mana?"

"Hah?" Mingyu menaikkan kedua alisnya bingung. "Dari kamar."

Eunwoo memicingkan matanya. "Jangan boong, kamar kita kan tiap hari dibersiin," ia berjalan mendekat ke arah Mingyu hingga beda beberapa senti saja, membuat Mingyu menahan napas melihat wajah Eunwoo yang kulitnya putih pucat.

"Maksud?" Mingyu berkata dengan suara tertahan.

Eunwoo tak membalas, hanya menggerakkan tangannya ke atas, ke rambut Mingyu dan seperti mengambil sesuatu. Ia melangkah mundur dan menunjukkan sarang laba-laba di tangannya.

Mata Mingyu melebar. "Beneran kok! Itu dari kamar gue, gue larang Bu Lee buat bersiin sarang laba-laba di kamar gue karena gue kasian, eh taunya gue sendiri yang ancurin ..." dustanya, kemudian menelan ludah.

Eunwoo tersenyum kecil dan menggeleng. "Nggak, nggak, kenapa harus bohong Ming? Lo dari gudang kan? Eh, kalau emang dari kamar ... Jangan-jangan lo dari kamar Spider?"

Mingyu akhirnya menghela napas pasrah, sementara Eunwoo tak banyak bereaksi dan menunggu penjelasan. Mingyu pun menjelaskan semua yang ia lakukan hari ini, kecuali surat yang ia temukan.

"Lo benar-benar ga nemuin apa-apa yang spesial?" tanya Eunwoo dengan tangan bersedekap.

Mingyu mengernyit. "Emang harus ada hal yang spesial?"

"Hmm nggak sih, yauda ayo periksa," kata Eunwoo yang memalingkan wajahnya dari Mingyu dan berjalan melewatinya.

Mingyu menghela napas pelan dengan setengah tersenyum karena berhasil membohongi Eunwoo. Sambil membalikkan tubuhnya, ia berkata, "Eun, abis ini ..."

Mingyu membiarkan kata-katanya tergantung saat melihat seorang pria berdiri di ujung lorong. Eunwoo juga diam di tempat. Pria itu berdiri tegak mengenakan kemeja putih yang rapi serta tangan terlipat di belakang. Tubuhnya setengah diterangi oleh lampu lorong sebelahnya.

"Mr. Jin!" Sapa Mingyu sambil melambaikan tangannya.

Mr. Jin tersenyum kaku pada mereka, membuat Eunwoo sedikit bingung.

"Kalian ngapain keliaran di lorong maghrib-maghrib gini?" tanyanya lembut namun menggema di sepanjang lorong.

Mingyu yang tak merasa aneh menjawab seadanya. "Tadi kami dengar suara kaca pecah, Mr. Jin dengar nggak?"

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang