“Huh?”
Tiba-tiba muncul beberapa orang bertopeng hewan berbalut jas yang datang dari arah mereka datang tadi. Mereka berlari ke arah Jaehyun yang tak melakukan perlawanan apa pun ketika para penjaga itu memegangi bahu dan lengannya seolah ia baru saja terlibat kejahatan.
“Jaehyun!” pekik Rose yang hendak menolong, tetapi Mina langsung menahan lengannya.
“Dia nggak papa,” ucapnya tegas, menatap Jaehyun yang hanya pasrah. Matanya kemudian tertuju pada Nersin X. “Anda mau apain dia?”
“Tenang, dia akan diamankan sebentar sampai kalian membuat keputusan,” balas Nersin X, lalu mengisyaratkan para penjaga itu untuk segera membawa pemuda itu pergi dari sana.
Jaehyun pun dikawal menjauh dari sana. Ia menatap Rose dan Mina dengan wajah yakin bahwa mereka akan menang, atau setidaknya akan baik-baik saja.
Setelah Jaehyun pergi, Rose menoleh pada Mina, “Temanya apa? Gue ga paham.”
Mina menelan ludah, lalu menatap Nersin X, “The Trolley Problem.”
Nersin X sepertinya tengah tersenyum di balik topengnya. “Bagus sekali, Mina-chan, seperti biasanya. The Trolley Problem adalah pertanyaan filosofis yang melibatkan dilema moral. Kasus umumnya digambarkan dengan sebuah kereta yang melaju kencang ke arah lima orang, tetapi kau bisa membelokkannya ke jalan lain di mana satu orang berada. Saya rasa kalian akan setuju jika persoalan ini sering digunakan baik di film maupun menjadi pertimbangan di dunia nyata.”“Kayaknya ini memang lumayan terkenal,” ucap Rose pelan.
“Iya kan?” balas Nersin X yang kemudian menghadap ke bawah, “saat ini Jaehyun sedang berada di tangga. Dia akan membelokkan tuas sesuai keputusan terbaik kalian, jadi pertimbangkan baik-baik.”
Mina dan Rose mendekat ke pagar dan melihat tuas yang terletak di sebelah rel.
Rose melihat kembali orang-orang yang terikat itu, beberapa dari mereka bahkan tampak menangis. Mereka tahu jadwal kapan kereta datang.
“Seperti yang saya bilang sebelumnya, tidak ada yang salah atau benar di sini. Keputusan mana pun pasti ada yang mati, kalian hanya diminta untuk menentukan ke mana arah kereta,” ujarnya lagi.
Cuma menentukan ke mana arah kereta… fokus pada keputusan… gumam Mina.
“Waktu kalian 30 menit sampai kereta datang,” pria itu meletakkan jam weker di atas sebuah batang kayu yang terpenggal membentuk meja kecil. “Dari sekarang.”
Jam bergerak, tak ada bunyi yang dihasilkannya. Hanya ada suara dahan yang bergesek oleh tiupan angin panas bercampur dingin, juga napas mereka. Langit berwarna merah, oranye, dan ungu yang menggeliat seperti cat minyak, membuat wajah mereka pun ikut merah.
Rose bertanya pada pria itu, “kereta itu ke arah lima orang?”
Nersin X mengangguk, “kau ingin membelokkannya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Misterio / SuspensoSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021