62

558 121 8
                                    

APA yang terjadi di hari itu, aku tak dapat melupakannya. Aku sempat memprediksi satu dua hal, tapi apa yang terjadi benar-benar tak terduga sampai kupikir aku pasti sedang mabuk.

Tapi nyatanya memang begitu, dan sejak saat itu, segala hal mengenai perspektifku akan dunia benar-benar berubah.

Kadang kupikir ... Dia pantas mendapatkannya. Tapi karena aku anak yang baik ...

Oh benar, ini adalah hari itu.

[?]









3 AGUSTUS 2050

Dua orang itu berdiri terlebih dahulu di bagian depan, menghadap pintu yang terbuka lebar. Dari persegi panjang itu terlihat halaman depan asrama yang hanya diterangi satu lampu taman dan bayang-bayang pohon saling berhimpit dari berbagai sisi di balik pagar.

Jarum suntik menusuk kulit lengan keduanya satu persatu oleh petugas berkepala zebra.

"Madame nyuntik kami pake apa?" tanya Jaehyun, menatap lurus Madame Irene sambil menurunkan kain lengan bajunya.

Madame Irene tersenyum, "cuma ... Cairan penambah energi."

"Hm," Jaehyun tak mempedulikannya, diliriknya Mina yang baru selesai disuntik.

Terdengar suara jangkrik dan burung hantu yang saling beriringan, pun dahan-dahan pohon saling bergesekan karena ditiup angin. Aroma tanah berbaur dengan udara dingin yang dihirup oleh semua murid itu.

Ini suasana yang sering hadir selama dua minggu ini, tapi belum juga akrab dengan mereka, malah tambah mengerikan. Sebelumnya mereka masih punya sedikit kepercayaan diri, tapi kematian teman mereka membuat segalanya lebih mengerikan berkali-kali lipat. Bagaikan tamparan keras bahwa kemungkinan mati itu hampir di setiap hirup napas mereka.

Satu orang mati, dia bener-bener mati, batin Jaehyun, menelan ludah dengan mata menghadap jalan di taman.

Ternyata ini lebih seram dari yang gue duga, batin Mina dengan mata terpaku pada jejeran boneka matryoshka dari kejauhan.

Eunwoo datang terakhir ke sana, ia langsung disapa oleh senyuman Mr. Jin yang berdiri di dekat pintu masuk. Ia bersandar pada dinding dengan tangan kiri mengetuk-ngetuk dinding di belakangnya seperti memainkan piano.

Eunwoo membalasnya sinis, lalu berjalan ke arah gerombolan temannya.

Madame Irene terlihat lebih pucat dari biasanya, tampilan make up-nya tampak lebih tajam di mata.

"Akhirnya ... Dua anak terakhir, Jung Jaehyun dan Myoui Mina," ia tersenyum bergantian pada Jaehyun dan Mina yang menatapnya waspada namun berusaha tenang.

"Seperti yang sudah disampaikan Mr. Jin kemarin, kami sengaja memberi kalian waktu tiga hari untuk memaksimalkan permainan kali ini. Game kali ini seru banget lho, saya harap kalian nggak mati ya sampai akhir," ucap Madame Irene dengan manis (mengerikan) seperti biasa.

June mendecak. "Si bangka, gampang banget yang ngomong," umpatnya.

Eunha menyenggolnya kesal.

Madame Irene menoleh ke arah June, raut wajah bahagianya berubah dingin, tatapan matanya seolah ingin—"Hei, sopan sedikit dong sama orang tua, mau kujahit lidahmu?"

Semua anak mencoba menghindari tatapan Madame Irene, begitu juga June yang langsung menunduk dengan jantung berdebar.

Raut Madame Irene kembali ceria, ia kembali menghadap Jaehyun dan Mina.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang