32

1.1K 202 65
                                    

28 JULI 2050

CAHAYA bersinar menembus kaca jendela, tumpah ke lantai dan meja di depannya. Meski cahaya itu hangat dan burung berkicau merdu, hanya ketegangan yang mengalir dalam saraf  kesembilan anak yang duduk di meja makan itu.

Dua meja disatukan sehingga  barisan perempuan dan laki-laki saling berhadapan. Sembilan? Iya, lagi-lagi tanpa Eunha.

Mingyu diam-diam melirikkan matanya. Di setiap sudut ruang makan berdiri orang-orang bertopeng dengan senjata di tangan, siap menembak siapa saja yang mencoba kabur. Lagipula mencoba kabur hanya tindakan bodoh. Mau kabur ke mana? Ke laut? Ke alam kematian?

Madame Irene tersenyum sembari menuangkan jus jambu dingin ke gelas setiap anak. Chaeyeon menelan ludah ketika jus itu dituangkan ke gelas kaca berukir bunga miliknya.

Jungkook, yang wajah dan tangannya penuh bekas luka dan plester hanya menatap datar piring di atas meja. Di sampingnya bersandar sebuah alat bantu jalan dikarenakan kaki terkilirnya yang butuh penyembuhan minimal tiga hari.

"Anak-anak," Madame Irene tersenyum pada mereka semua yang hanya diam sedikit menunduk. "Saya tinggal ya, sambil menunggu masakan Mr. Jin kalian boleh lho, saling ngobrol! Ngobrol apa aja boleh, mau itu hal nggak penting atau yang berhubungan sama permainan ini, boleh kok! Byee!"

Wanita bergaun putih cantik itu kemudian meninggalkan ruang makan. Ruangan jadi semakin sunyi, terlebih karena adanya penjaga kelinci yang membuat mereka terkekang.

"Miskin."

Semua kepala langsung tertoleh ke seorang anak yang duduk di paling pojok depan. Siapa lagi kalau bukan Eunwoo.

Eunwoo mengambil gelas dan memperhatikan jus di dalamnya. "Mereka bisa beli lobster, tapi bir aja nggak bisa?"

"Bisa-bisanya lo sempat ..." Rose yang tadinya refleks perlahan mengatupkan mulutnya.

"Bir? Kita kan masih 18 tahun," celetuk Jungkook yang membuat kini menoleh padanya. "Harusnya mereka ngasih kita kaviar, itu harga minimal lari berjam-jam dikejar psikopat."

"Setuju, tambah semangka Densuke," sahut Eunwoo.

Jiho mengernyit dan tak dapat menahan dirinya untuk berbicara. "Kalian kok malah bahas makanan?"

Walau awalnya ragu, yang lainnya jadi berani menyahut.

"Jun, gimana perasaan lo abis lolos maut?" tanya Mingyu di sampingnya, dan kini semua orang memandang June.

June mendesah kasar. "Nggak tau ah, kek kalian liat perjuangan gue aja," kilahnya.

Semalam setelah keluar dari pintu kamarnya, ia langsung disambut oleh anak-anak Zeus. Saat itu malam hari dan setelah Madame Irene mengumumkan lolosnya ia dan Eunha, mereka semua ditodong pistol untuk makan malam, lalu diarahkan kembali ke kamar.

Mengejutkannya setelah keluar kamar ia baru ingat segala yang terjadi sebelum ia mengikuti permainan. Sebelum tak sadarkan diri, ia sempat disuntik setelah kembali dari dapur untuk mengambil gelas baru. Ingatan sehariannya itu seperti tak pernah terjadi sehingga dia merasa baru terbangun dari tidur malamnya. Satu hari terlewatkan.

"Hm? Kita liat kok," kata Chaeyeon.

"Hah?" June menaikkan alisnya sebelah.

Jaehyun menjelaskan, "ada banyak cctv yang nggak kalian sadari di sana, nyambung ke layar di aula. Jadi kita liat semua dari awal sampai akhir apa yang kalian lakuin."

June menganga. "Iye juga ya ... Namanya juga game, mestinya ada yang liat ..." ia meneguk jus jambunya.

"Ternyata otak lo ga seudang yang gue pikirin ya Jun," ujar Eunwoo tersenyum.

WHITE APRIL • 97line Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang