KIM MINGYU
VILA, ANYANG, KOREA SELATAN
2036
SALJU tebal membubuhi rumah itu sampai bagian bawahnya terlihat seperti tenggelam. Lorong panjang penuh liku, ruangan-ruangan dengan perabotan rapi, senyap merayap seolah tak ada kehidupan di sana.
Di sebuah ruangan dengan lukisan replika Monalisa, seseorang mengatur napasnya di bawah ranjang kayu.
Jantung Mingyu berdebar kencang seiring dengan deru napasnya yang dingin. Sudah sekitar 2 menit berlalu, tak ada tanda apapun. Dinginnya lantai membuat bagian badan Mingyu yang tengkurap seperti menindih batu es. Apalagi kaki ranjang yang pendek membuatnya merasa cukup terhimpit.
Mungkin dia masih nyari, gumam Mingyu, berusaha menelan ludah di tenggorokannya yang kering karena dingin.
Ruangan yang sama seperti kamar pertama Mingyu itu cukup gelap karena tirainya yang tertutup. Ada lemari kecil dan sebuah panci ukuran sedang yang biasa digunakan untuk memasak telur.
Ada dua ranjang di kamar itu, satunya lagi berseberangan dengan ranjang tempat Mingyu bersembunyi. Ranjang di sana berhadapan dengan pintu, yang maksudnya ketika pintu dibuka orang akan langsung melihatnya, sementara ranjang Mingyu ada di belakangnya.
Apa rencana gue abis ini? Apa rencana Affa? Duh, mana jantung gue degeun-degeun terus, ga bisa mikir kan!
Mingyu memejamkan matanya kuat. Bayangin yang enak-enak ... Misalnya ayam goreng ... Ramen, sup sapi, burger, pizza, lobster, hmm ...
Mingyu sedikit menyungging senyum. "Hehe—" ia kembali teringat makanannya tadi, daging manusia. "Hmp!" Mingyu tiba-tiba mual, ia menahan mulutnya dengan ekspresi jijik bercampur ngeri.
Tampak dalam bayangannya piring yang berbekas bumbu kemerahan. Lalu tak manik-manik hitam itu ...
TAHAN MING! TAHAN! BISA YOK, BISA!
"AAAAA!!!"
Duagh! PYAR!
Mingyu berhasil menghilangkan rasa mualnya, tapi digantikan kembali oleh beduk jantungan dan tubuhnya yang panas-dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Mystery / ThrillerSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021