[5/7]
MATA gadis itu membidik satu titik. Saat ia sudah menentukan sebuah titik, maka semuanya blur, bahkan suara musik yang keras pun tak begitu ia dengar.
Selama beberapa saat, Rose terus memandangnya.
Sekitar sepuluh langkah dari tempatnya berdiri, targetnya itu ada di belakang empat orang gadis. Pria itu punya badan yang agak kurus dan rambut tipis tumbuh di area dagunya. Ia tengah meneguk minuman dari gelas berwarna putih sambil berdiri menonton sebuah pertunjukan sulap. Ia mengenakan kaos lengan pendek sehingga simbol Swastika itu terlihat seperti tato di bagian lengan atasnya.
Rose menelan ludah. "Here we go ..." desisnya. Tangan kiri memegang erat tali selempang dan tangan kanan mengeratkan genggamannya pada gagang kapak.
Rose pun berjalan memasuki kerumunan. Aroma makanan dan minuman bercampur aduk di udara. Saat Rose menoleh ke kiri, ia melihat anak kecil memakan rambut beruban berbau gula. Saat Rose menoleh ke kiri seorang chef tengah mencincang jari manusia untuk dijadikan campuran takoyaki.
Ia berusaha menahan diri untuk tidak mual. Fokus, Rose, FOKUS. Apa rencana lo? Kita ajak bincang dulu, terus tebas lengannya? Kita boongin dia ada gajah di langit? Apa rencana lo?!
Ia semakin mendekat ke arah pria itu. Rose hampir mengayunkan kapaknya saat seseorang tak sengaja menumpahkan minuman ke bajunya.
"Eh, maaf," ucap perempuan dengan wajah penuh nanah dan ulat yang menggerogoti wajahnya.
Rose hanya memandangnya ngeri, lalu menggeleng-geleng sembari meninggalkannya. Tiba-tiba saja ia sudah berada di dekat pertunjukan sulap itu. Si pesulap tengah melempar bola-bola mata manusia.
Gue punya rencana, ucap Rose yakin dalam hatinya. Apa? Ya, just beat it.
Kini ia sudah berdiri tepat di samping pria yang masih fokus pada pertunjukan sulap di depannya. Dengan jantung berdebar, Rose mempersiapkan ayunan kapaknya, seperti akan menebang pohon.
Pria itu tiba-tiba saja menoleh dan membuat Rose membeku. Mata kosong pria itu menatapnya tanpa berkedip.
"Dek ... Kenapa?" tanyanya pelan.
Astaga, dia sangat mirip dengan manusia asli.
"Anu ..." Rose mengambil ancang-ancang.
Pria itu berkata lagi. "Wah, kapaknya mirip asli. Hati-hati ya kalau main, takutnya—"
SRETT!!
Wajah tegang Rose terciprat cairan merah saat ia menebas lengan pria itu. Tapi ternyata ayunannya belum cukup kuat sehingga lengan yang tersobek itu masih menggantung dengan tulang yang terlihat.
"AAA!!" pekik pria itu mengerikan, langsung melempar gelas minumannya dan berlari dengan lengan yang hampir copot dan bersimbah darah.
"N-no!" cicit Rose yang masih tegang, menggerakkan kakinya untuk mengejar pria itu. Rasanya ada gempa tektonik dalam dirinya sampai hampir tak bisa bergerak. Tapi Rose berusaha melawan debaran jantungnya sendiri, mengejar pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHITE APRIL • 97line
Gizem / GerilimSepuluh anak terbangun di pulau entah berantah dalam keadaan lupa ingatan. non-baku ©kuronekoya, 2021