Sepanjang perjalanan menuju kelas, tatapan Fay senantiasa mengarah ke depan dengan sorot mata tajam menahan amarah. Ntahlah, ketika melihat Kay bersama gadis itu seketika mood Fay memburuk. Bukan, bukan berarti dia menyukai Kay, pasalnya lelaki itu tertawa seolah menghina kekurangannya.
"FAY!" teriak seseorang dari belakang Fay sembari berlari.
Fay membalik badan, melihat gadis itu. "Apa sih, Ra?!"
Gadis bernama Rara itu memperlihatkan deretan giginya. "Wah, Fay, jerawat lo makin banyak aja, ya?" ujar Rara dengan raut seolah terkejut.
Fay memutar bola mata malas.
"Gue ada produk skincare bagus lho! Lo mau coba nggak?" tanya Rara lagi, menaik turunkan alisnya.
"Nggak!" tolak Fay cepat sebelum gadis itu menjabarkan manfaat dan khasiat barang jualannya.
Rara mendesah kecewa. "Yakin nih, nggak mau coba? Dalam seminggu gue pastiin jerawat lo minggat, Fay!"
Fay menghela nafas kasar, lalu berjalan mendekati Rara. "Nggak mengandung mercury kan?" bisik Fay bertanya.
Rara gelagapan, jujur saja ia sama sekali tidak paham dengan komposisi barang yang ia jual, ia hanya tau mempromosikan lalu menukar barang dengan uang.
Tak kunjung mendapat jawaban, Fay memutar bola mata jengah, lalu melanjutkan jalannya menuju kelas.
"FAY KALO MINAT, HUBUNGIN GUE, YA?!" teriak Rara, namun tidak di gubris oleh Fay.
Sesampainya di depan kelas, Fay membuka pintu kelas yang sengaja di tutup ntah karena alasan apa oleh teman-temannya. Baru saja Fay menginjakkan sebelah kakinya di dalam kelas, sebuah gumpalan kertas mendarat mulus di pipinya.
"Anjir, Fay, maaf gue nggak sengaja," ucap seorang gadis itu penuh salah.
Fay menatapnya tajam. "Masih untung gue yang kena, kalo guru, gimana?!" aish, suasana hati Fay lagi sedang kacau, di tambah lagi dengan tingkah teman-teman kelasnya.
"Yaelah, Fay. Indah nggak sengaja kali, lagian badan lo sama tipisnya sama pintu, mungkin Indah nggak liat," celetuk seorang siswa laki-laki dari bangku paling belakang, membuat semua siswa yang ada di sana tertawa mendengarnya.
"Masih mulusan pintu kali, dari pada mukanya, Fay! Eh, canda pintu, hahaha!!" timpal salah satu lagi dari mereka, membuat suara tawa semakin menggelegar seolah itu adalah lelucon.
Fay berdecak, berjalan menuju bangkunya dengan menghentak-hentakkan kaki kesal membuat beberapa temannya menghentikan tawa, menatap Fay heran.
"Lo marah, Fay?"
"Tumben, biasanya juga ngikut ketawa, paling keras lagi." ujar salah satu dari mereka. Ya, biasanya Fay akan ikut tertawa jika teman-temannya menjadikan kekurangannya adalah lelucon, lagian menurur Fay, untuk apa marah karena sesuatu yang memang dasarnya adalah fakta, buang-buang tenaga! Pikirnya.
Fay menatap orang itu sembari berdecak. "Ck! Gue lagi nggak mood canda!"
"PRINCESS DATANG!!" pekik Moa yang baru saja memasuki kelas, sontak membuat seluruh siswa menutup rapat mata mereka menahan kekesalan.
"SEBAHAGIANYA PRINCESS MOANALISA AJALAH!!"
"HAHAHA!!!"
Moa hendak melayangkan protes, namun terhenti karena mendengar suara derap langkah sepatu beradu dengan lantai. Sontak semua murid mengatur posisi duduk seperti biasa dengan rapi.
***
Jam istirahat tiba, seperti biasa Fay bersama dengan Moa mengunjungi kantin untuk mengisi perut mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Fiksi Remaja[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...