Fay, Kevin dan Disha, kali ini tengah berada di ruang keluarga sembari berbincang sesekali bercanda. Suasana yang begitu hangat menyelimuti keluarga kecil itu. Fay, gadis itu bahkan melupakan semua masalahnya. Begitupun dengan Disha. Wanita yang masih terlihat fresh dan cantik itu tengah berbahagia. Tentu kalian sudah tahu bukan, apa alasannya? Lalu Kevin, baginya, tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat keluarganya bahagia seperti sekarang ini.
"Hahaha iya, bener banget, Bun. Yoona pas kecil sering ngemil upil." tawa Kevin menggema di ruang yang cukup luas itu.
"Ih, nggak ya!" sangkal Fay cepat. Yang benar saja, dirinya sering mengemil upil. Fay semakin kesal ketika Disha juga ikut-ikutan menertawainya.
"Oh ya, salep yang di kasih dokter tetep di pake kan?" tanya Disha. Ya, Fay dan Kevin sudah menceritakan semuanya. Beruntungnya Disha tidak marah, ia paham, jika putrinya itu juga ingin seperti kebanyakan gadis di luar sana. Akan tetapi, langkah yang di ambil putri sematawayangnya itu salah. Namun, Disha bersyukur, keadaan wajah sang anak tidaklah parah.
"Pake kok, Bun," jawab Fay.
"Kapan-kapan kita ke dokter Sia lagi," ujar Kevin yang langsung di angguki oleh Fay dan Disha.
Suara seseorang mengetuk pintu, membuat obrolan ketiganya terhenti. Fay bangkit dari duduknya, menawarkan diri untuk membuka pintu.
Fay sampai di depan pintu, lalu membukanya. Fay sangat terkejut melihat siapa yang datang--ah lebih tepatnya terkejut melihat penampilan orang itu. Fay bahkan sampai menutup mulutnya saking terkejutnya.
"K-Ken--"
Kenan langsung saja menarik Fay ke dalam pelukannya, mendekap hangat gadis itu dengan erat seolah tidak ingin melepasnya.
"Fay, gue sayang sama lo, gue cinta sama lo, gue mohon, jangan tinggalin gue," racau Kenan melirih. Fay mencoba melepaskan diri.
"I-iya, tapi lepas dulu, Ken."
Kenan melepas pelukan Fay, menatap sendu manik hitam gadis itu.
Fay meraba wajah tampan Kenan, yang sialnya kali ini terlihat sangat mengenaskan dengan di hiasi beberapa lebam bahkan darah yang keluar dari sudut bibir dan matanya.
"Siapa yang datang, Nak?" teriak Disha dari dalam sana. Fay sontak menurunkan tangannya, Fay gelagapan.
"I-ini, temen Fay, Bun!" jawab Fay sedikit berteriak. Ia berdoa dalam hati agar bundanya itu tidak keluar, lalu melihat kondisi Kenan.
Fay menarik Kenan sedikit menjauh dari pintu, membawa pria itu ke halaman depan.
Fay lagi-lagi meraba wajah Kenan. Kenan hanya terdiam, meresapi usapan lembut jari kurus gadis itu.
"Ini kenapa, Ken? Lo abis berantem? Sama siapa?" tanya Fay berbondong.
Kenan menatap Fay sendu, lalu menggenggam tangan Fay yang ada di pipinya. "Jangan tinggalin gue, Fay. Lo udah bilang kan, bakal berusaha sayang dan cinta sama gue?"
Fay menelan susah salivanya. "Ke-Ken, gue nanya ini lo kenapa?" tanya Fay. Mencoba mengalihkan pembahasan pria di depannya ini.
"Jawab Fay, lo bakal sayang dan cinta kan, sama gue?" tanya Kenan keukeuh.
Fay mengangguk ragu. "I-iya, Ken. Gue bakal berusaha."
Kenan tersenyum lega, ia menarik Fay ke dalam pelukannya. "Makasih, Fay."
Fay lagi-lagi mencoba melepaskan diri. "Ken, lo belum jawab. Lo kenapa? Kenapa bisa babak belur kayak gini?"
"Kay."
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Fiksi Remaja[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...