Setelah insiden first kiss antara keduanya di balkon kamar Kay, kedua remaja yang tengah di mabuk asmara itu kini kian semakin nempel dan saling memperlihatkan kasih sayang antara satu sama lain. Seperti halnya sekarang, setelah bel istirahat berbunyi, Kay menjemput sang kekasih ke kelasnya untuk mengajak gadis itu ke kantin bersama. Bahkan, Kay tidak lagi mengubris kedua sahabatnya. Ya, Kay sudah mulai bucin sekarang.
Di sinilah mereka sekarang. Tepatnya di salah satu bangku yang berada di pojok kantin. Jika biasanya siswa yang lainnya menatap Fay tidak suka dengan terang-terangan, maka kali ini tidak lagi. Tidak heran, pasalnya sang pemilik sekolah telah mengumumkan jika Fay adalah putri sulung mereka, kakak dari Naina. Mengingat Naina, hubungan Fay dengan gadis itu kian dekat layaknya kakak adik sungguhan. Naina sangat menerima Fay, bahkan gadis itu sangat senang dengan kehadiran Fay.
"Cemburu? Masih suka sama Kay kan, kamu?"
Naina tersentak. Ia segera mengalihkan pandangannya dari bangku yang di tempati oleh sang kakak.
"A-apaan sih Kak," kilah Naina cepat. Lisana tersenyum miring.
"Udah, ngaku aja kali Nai. Bayangin aja, Fay udah ngerebut Om Akash sama Tante Sia dari kamu, trus sekarang kamu realin Kay gitu aja buat dia?"
Mata Naina sontak membulat sempurna. "Kak, Fay itu kakak kandung aku, dia juga sepupu kak Lisa kan? Lagian dia nggak ada ngerebut mama ataupun papa. Dia juga berhak Kak. Aku sama dia juga lahir dari rahim yang sama kan." suara lembut Naina mengalun kala membicaraan perihal fakta itu. Dan itu cukup buat telinga Lisana panas di buatnya.
Mengetahui fakta jika Fay adalah sepupunya juga, Lisana sempat terkejut bukan main. Tapi mengingat lagi ketika pertemuan pertamanya dengan Fay, gadis itu sangatlah mirip dengan Akash. Kakak dari ayahnya sendiri. Akan tetapi, ntah kenapa Lisana masih membenci gadis itu.
"Tapi tetep aja kan, perhatian om Akash sama tante Sia cuma buat Fay. Trus kamu di lupain." Lisana semakin mengompori Naina.
"Kak! Itu wajar, lagian mama sama papa baru sekarang ketemu sama Fay!" lama-lama Naina kesel juga.
"Trus Kay? Kamu suka kan sama dia?"
Naina bungkam.
Lisana tersenyum miring. "Ayolah Nai, masa kamu kalah sama Fay."
***
"Yang."
"Sayang."
Fay menghela nafas kasar. Ia menelan susah pentolan bakso yang ada di dalam mulutnya, lalu menyorot jengah pria yang duduk di sampingnya itu.
"Apasih Sky?" tanyanya mencoba sabar.
Kay tersenyum manis membuat Fay seketika memicing.
"Menurut lo ... gimana pengalaman ciuman pertama kita?" tanya Kay. Fay sontak membelalak.
"A-apaansih lo! Nggak ada pembahasan yang berfaedah dikit apa!" bukannya apa-apa, Fay hanya malu. Pipinya bahkan merona kala mengingat insiden kiss pertamanya itu.
"Emang pembahasan itu nggak berfaedah?"
"Ya-ya nggaklah!" balas Fay cepat.
Kay tersenyum menggoda. "Yakin?" Fay memutar bola mata malas. Ingin rasanya ia menjitak bibir seksi pria itu.
"Kalo gue sih nggak yakin, soalnya .... gue masih mau."
"Sky jangan mesum deh!"
Kay sontak terbahak. Ntah kenapa dirinya sangat menyukai kala semburat merah itu terbit dari pipi tirus Fay. Ya, Kay hanya menggodanya saja. Akan tetapi ia tidak menampik, jika dirinya memang masih ingin merasakan bibir manis gadisnya ini. Jelas saja, pasalnya bibir pink gadis itu membuat Kay candu dan ingin mengecupnya berulang kali.
"Woy bos, makin bucin aja lo!" pekik Bian tiba-tiba datang bersama dengan Rega.
Kay memutar bola mata malas. Lain halnya dengan Fay yang fokus memperhatikan Rega. Pria itu terlihat dingin dengan raut datarnya. Tatapannya bahkan tertuju pada bangku di depan sana. Bangku dimana Moa dan Vio tempati.
Fay saling melempar pandangan dengan Moa. Fay tersenyum manis, mencoba menguatkan sahabatnya itu dari jauh. Fay tahu, Moa tengah di landa masalah dari hubungan percintaanya. Ah, bukan masalah kasmaran, lebih tepatnya masalah keyakinan. Bahkan, hubungan keduanya kini sudah berakhir karena perbedaan keyakinan. Fay hanya bisa berdoa dalam hati untuk sahabatnya itu. Fay berdoa agar tuhan mau berbaik hati untuk memberikan yang terbaik untuk Moa.
"Yang?" ntah sudah yang keberapa kalinya Kay memanggil Fay. Gadis itu bahkan tidak mendengar.
Kay mengikuti kemana arah tatapan Fay. Jantung Kay berdetak cepat kala melihat Fay menatap Rega lekat. Pikiran Kay berkecamuk, ia mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada gadisnya.
"Fay!"
"E-eh iya, kenapa Sky?"
Kay menatap Fay datar. "Ngapain ngeliatin Rega kayak gitu? Lo suka sama dia?"
Mata Fay melebar. "Ya nggaklah!" yang benar saja dirinya suka pada Rega!
Kay mengembuskan nafas kasar, mencoba mengusir pikiran buruknya.
"Jalan-jalan ntar sore, mau?"
"Kemana?" tanya Fay.
"Kemana aja," jawab Kay. Fay berpikir sejenak membuat Kay gemas melihatnya. Kay menoyor pelan kening Fay.
"Pake mikir segala."
Fay mengerucutkan bibirnya. "Yaudah deh."
"Yaudah apa?"
"Iyaudah jalan," jawab Fay malas.
Kay tersenyum simpul. Aish, ntah kenapa rasa citanya terhadap gadis ini semakin besar.
"Sayang gue nggak?"
"Hah?" Fay masih belum mengerti.
"Lo sayang gue kan?" tanya Kay lagi.
Fay tampak berpikir. Mencoba mencerna baik-baik pertanyaan yang di lontarkan oleh Kay.
Kay berdecak. "Kok pake mikir? Jangan-jangan lo nggak sayang ya, sama gue?"
Fay tersadar. "Ya sayanglah!" jawabnya ngegas. Lagi-lagi Kay berdecak.
"Lagian lo aneh banget, nanyain begituan."
"Salah?"
Fay memutar bola mata malas. Prianya ini semakin tidak jelas saja.
"Nggak!"
"Jadi, lo beneran sayang sama gue?" tanya Kay lagi.
Ntah ada apa dengan pria ini, Fay tidak tahu. Fay mencoba sabar, tersenyum manis dengan terpaksa.
"Iya sayang," jawabnya lembut. Kay tersenyum puas.
Kay menggeser duduknya semakin mendekat.
"Makasih, Sayang."
Cup
"DEMI APA SERIUSAN GUE NGGAK LIAT!! WOAAHHH MATA GUE UDAH NGGAK SUCI LAGI TOLONG!!"
TBC
GAJE BANGET NGGAK SIH?:')
BTW MAAPIN LAMA NGGAK UPDATE. BUKANNYA APA APA, UDAH MENDEJATI HARI RAYA MAKIN SIBUK AJA BUAT PERSIAPAN HUHU MAAPIN YA :)
NGGAK TAU SIH, INI CERITA MASIH ADA YANG NUNGGUIN ATAU NGGAK. BUT, SEMOGA AJA MASIH AJA
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Novela Juvenil[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...