"Pasti pacarnya Bang Kevin cantik banget," ujar Moa, masih memikirkan tentang pacar kakak sepupu sahabatnya itu.
Fay mengangkat bahu acuh. Tidak lama Vio datang dengan nampan berisi pesanan mereka. Ah lebih tepatnya hanya makanan Moa dan Vio, sedangkan Fay hanya memesan minum saja. Moa dan Fay mengerutkan kening, melihat makanan yang di pesan oleh gadis itu.
"Tumben makan dikit, Vi?" tanya Fay.
Vio menghela nafas kasar. "Iya nih, uang jajan gue berkurang, harus nabung juga, makanya hemat," jawab Vio. Seperti yang sudah keduanya ketahui sebelumnya, Vio tidak seberuntung Moa dan Fay. Keluarga gadis itu sangat sederhana, mempunyai rumah yang sederhana dan orang tuanya pun memiliki pekerjaan yang gajinya pas-pasan. Bahkan Vio juga menjajalkan berbagai macam makanan buatannya di media sosial untuk menambah uang jajan.
Moa dan Vio melahap makanan mereka tanpa memperdulikan keadaan sekitar. Begitupun dengan Fay yang menyelipkan sedotannya melalui celah maskernya. Saat tengah asik-asiknya menikmati pesanan ketiganya, tiba-tiba Mona datang bersama dengan kedua temannya.
Brakk
Mona menggebrak keras meja ketiganya, membuat suasana kantin mendadak hening, dan mereka menjadi pusat perhatian, seolah menunggu apa yang akan di lakukan oleh Mona.
"Uhuk, uhuk!!" Vio tersedak. Dengan segera Fay dan Moa menyodorkan air untuk gadis malang itu.
"Hai Fay," sapa Mona seraya melipat tangan di depan dada.
"Hai, kumpulan para tikus got," sapa Rima dan Endah yang merupakan teman Mona.
Fay menatapnya datar ketiganya. "Mau apa?" tanya Fay.
"Dih, nggak sopan banget lo sama kakak kelas," cibir Rima yang langsung saja di angguki oleh Endah.
Mona tersenyum miring.
"Mau apa, gue tanya? Kalo lo pada mau cari ribut, ntar aja. Gue lagi nggak mood." Fay menghela nafas kasar, lalu kembali menyeruput jus semangka miliknya.
Mona mendekat ke arahnya. "Lo nggak lupa kan, yang di gudang waktu itu? Oh atau mau gue ulang lagi?" bisik Mona.
Fay menatapnya datar. "Mau lo apa? Perasaan gue nggak pernah buat masalah sama lo."
Ketiganya tertawa meremehkan. Berbeda dengan Moa dan Vio. Mereka masih bungkam seraya menghabiskan makanan mereka. Mubazir katanya. Penghuni kantin yang lain juga melanjutkan makan mereka sesekali mencuri-curi pandang ke arah meja Fay.
Mona mengetuk-ngetuk dagu dengan telunjuknya, seolah berpikir. "Nggak ada salah sih, tapi guenya mau ... Buat masalah sama lo!"
"FAY!!" pekik Moa dan Vio berdiri bersamaan.
Fay panik, menutup wajahnya dengan kedua tangan. Melihat masker miliknya sudah tergeletak di lantai dan di injak oleh Rima. Fay menatap tajam ke arah Mona.
"MAKSUD LO APA, HA?!" geramnya.
Mona terkekeh sinis. "Kenapa? Takut wajah buruk rupa lo di liat sama siswa di sini?"
Fay semakin naik pitam. Tanpa aba-aba, Fay mendorong bahu Mona hingga gadis itu terhuyung ke belakang. Beruntungnya ada kedua temannya yang menahan agar ia tidak terjatuh.
"BERANI LO SAMA GUE?!" tantang Mona. Suasana kantin kali ini semakin mencekam.
"KENAPA NGGAK?!" balas Fay tidak mau kalah.
Mona terkekeh sinis. "Boleh juga nyali lo lawan gue, tapi nunjukin muka lo ke orang-orang aja lo nggak punya nyali," cibir Mona.
Fay menatapnya tajam penuh amarah. Dengan berat hati, ia melepas tangan yang menutupi wajahnya. Sontak mereka semua yang ada di sana terkejut melihat wajah Fay, tanpa terkecuali Vio dan Moa.
"Fay, muka lo kenapa?" tanya Moa.
"Iya Fay, muka lo?" timpal Vio.
Fay tidak menjawab, ia masih menatap tajam ke arah Mona. "Puas?"
Lagi-lagi Mona terkekeh sinis di ikuti oleh kedua temannya. "Belum." Mona memberi isyarat pada Rima, menyuruhnya mengambil air botol mineral milik Vio. Lalu menatap seseorang yang tengah berdiri di depan pintu kantin seraya memberi isyarat yang sialnya hanya mereka berdua yang tahu.
Selanjutnya penghuni kantin bersorak. Berbeda dengan Fay yang masih menatap tajam Mona seraya merasakan air yang mengalir memasuki celah rambutnya. Ya, Mona menyiramnya.
"ANJIR, AIR GUE!!" pekik Vio, lalu menatap tajam ketiga orang itu.
"LO KATA BELI TU AER PAKE DAON, HAH?!" tanyanya kesal.
Rima maju. "Aer doang kan? Cuma tiga rebu? Ck, gue beliin segalon-galon juga bisa buat lo!"
"Udah selsai ngebully nya?" Mona and the geng terkejut melihat kedatangan Kay, begitu pula dengan Fay, Moa dan juga Vio.
Mona berdecak. "Nggak usah ikut campur lo!"
Kay terkekeh sinis seraya mengotak-atik ponselnya dengan santai. "Btw cara ngebully lo terlalu murahan."
Mona panas dingin mendengarnya.
"Tunggu aja, bentar lagi," ujar Kay. Memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana, lalu menarik tangan Fay, membawa gadis itu keluar dari kantin. Moa dan Vio hendak mengikuti langkah keduanya, namun Rega menahan tangan Moa, begitu pula dengan Bian yang menahan tangan Vio.
"Mon, liat ini." Endah memperlihatkan apa yang ada di dalam ponselnya. Mona mengeram marah. Bahkan para siswa siswi di kantin pun fokus pada ponsel masing-masing.
PANGGILAN KEPADA MONALISA SISWI KELAS XII IPS 1 UNTUK SEGERA MENGHADAP KE RUANG BK SEKARANG JUGA.
Suara pengeras suara, semakin membuat Mona naik pitam. Dengan amarah memuncak, gadis itu bersama dengan kedua temannya berlalu keluar kantin. Lain halnya dengan seorang pria yang menatap datar kepergian Mona.
***
Sementara itu, di toilet, Fay tengah membersihkan bekas air di wajahnya menggunakan tisu.
"Lo nggak papa? Lo nggak nangis kan?" tanya Kay. Ya, pria itu memaksa untuk ikut masuk. Beruntungnya istirahat sudah berakhir dan bel masuk sudah berbunyi.
Fay berdecak. "Gue nggak selemah itu, asal lo tau."
"Bener juga sih, masa iya gitu doang pacar gue nangis." Kay tersenyum bangga, membuat Fay gugup mendengarnya.
"Baju lo basah, pulang aja yuk, bolos."
Fay selesai mengelap wajahnya, beralih menatap tajam sang pacar.
"Sesat!"
"Dari pada basah gini, ntar masuk angin," ucap Kay lembut.
Fay sempat tertegun mendengarnya. "Nggak papa, dikit doang, ntar juga kering."
Kay menghela nafas kasar. Matanya beralih menatap seragam Fay yang tembus pandang hingga memperlihatkan tanktop yang ia kenakan.
"Keburu diliatin orang-orang kalo nunggu kering, gue nggak mau ya, punya pacar gue di liat orang lain."
Fay mengikuti kemana arah tatapan Kay. Dengan cepat Fay menutupi dadanya.
"Lo-- tutup mata ih!"
Kay terkekeh. "Rata juga, udah ke loker gue, ada hoodie gue di sana." tanpa persetujuan, Kay menarik tangan Fay keluar dari toilet. Fay pasrah, hanya mengikut saja.
Baru saja keduanya keluar, betapa terkejutnya mereka kala seseorang sudah berdiri di depan keduanya.
"Nih, pake jaket gue aja."
TBC
_Good night_
YEUUHH SESUAI JANJI KALO KOMENNYA TEMBUS!! ><
BTW MAACIW BUAT YANG UDAH KOMEN SESUAI TARGET. LUP POKOKNYA :*
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Novela Juvenil[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...