Bel istirahat baru saja berbunyi. Fay bangkit dari brankarnya, terlebih dahulu merapikan baju serta mengikat kembali rambutnya dengan benar. Sedari tadi gadis itu hanya berbaring berdiam diri di sana, tanpa melakukan apapun. Ntahlah, ia hanya ingin menenangkan pikirannya saja. Namun tetap saja, semua apa yang di ucapkan pria itu tengiang-ngiang di otaknya. Siapa lagi jika bukan Kay.
Ya, setelah mengucapkan kalimat yang sontak membuat jantung Fay berdegup kencang, bahkan sampai detik ini, Kay pergi meninggalkan Fay di sana. Ntah kemana ia pergi, Fay juga tidak tahu. Fay masih bingung, ia tidak mengerti apa maksud dan tujuan pria itu mengatakan kalimat itu padanya. Yang jelas Fay sangat gugup, ingin rasanya ia menghindar, namun kembali mengingat, jika jarak keduanya sangatlah dekat.
Dan asal lo tau, lo itu sempurna di mata gue.
Fay mengembuskan nafas kasar, ia bangkit dari duduknya setelah selesai mengenakan sepatu, berjalan keluar dari ruangan itu tanpa pamit pada siapapun. Lagian tidak ada orang, ntah kemana anak PMR dan dokter yang memang bertugas di sana, Fay tidak tahu.
Fay berjalan menyusuri koridor yang sudah ramai di lalui oleh siswa lainnya, gadis itu berniat kembali ke kelasnya. Ah ya, Fay baru ingat, jika ia melupakan tas miliknya di dalam mobil Kevin. Aish, ntah bagaimana ia bisa lupa. Fay merutuki kecerobohannya sendiri.
"Woy Fay, abis bolos lo ya?" tanya seorang pria yang merupakan teman kelasnya.
Fay menatapnya datar. "Iya, gue di UKS tadi," jawab Fay malas.
Pria itu mengangguk-ngangguk. "Sakit lo?" tanyanya.
Fay mengangguk malas. Menjawabnya dengan gumaman.
"Makanya lo, jangan telat-telat, di hukum gitu aja tulang lo pada kretek, jadi sakit kan, lo."
Fay menatap pria itu tanpa ekspresi.
"Yaudah gue ngantin dulu, temen lo noh di kelas, pada nyariin."
Setelah mengucapkan itu, pria itu berlalu meninggalkan Fay. Fay sendiri melanjutkan langkahnya. Demi apa Fay menyesal sudah menghentikan langkahnya hanya untuk mendengar ucapan sampah dari pria itu.
Baru saja Fay sampai di depan kelasnya, Moa dan Vio keluar.
"Astaga Fay, lo kemana aja? Bolos lo ya?" tanya Moa heboh.
Vio yang baru saja menenggak air mineralnya, terlebih dahulu menarik nafasnya. Moa yang sadar pun, sudah menutup rapat telinganya.
"YAAMPUN FAY! LO KEMANA AJA? BOLOS LO YA? NGAKU LO! SAMA SIAPA HA? SAMA SIAPA LO BOLOSNYA? OH GUE TEBAK, PASTI SAMA SI KANAN-KANAN ITU KAN?!" cerocos Vio. Moa melepas tangan yang menutup telinganya seraya menghela nafas lega. Sedangkan Fay, memejamkan sejenak matanya, meresapi ucapan serta suara cepreng gadis itu.
Tuk
Fay mengetuk pelan kening Vio, sedangkan gadis itu hanya memperlihatnya cangiran khasnya.
"Lo pas kecil di kasih makan apa sih?!" kesal Fay. Jujur saja, telinganya berdengung!
Vio lagi-lagi memperlihatnya cengiran bodohnya. "Nasi dong Fay, tapi ya ... ada tambahan dedak dikit sih, mwehehe."
Moa tergelak, sedangkan Fay hanya menggeleng takjub.
"Eh serius, lo kemana? Kenapa nggak masuk kelas?" tanya Moa yang kembali penasaran.
Vio mengangguk. "Tau, kemana sih lo?"
"Gue dari tadi di UKS," jawab Fay malas.
Mata Vio membola, ia meraih tubuh kurus Fay, membolak-balikkannya dengan brutal. "Lo sakit apa? Mana? Mana yang sakit?" tanyanya heboh.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Fiksi Remaja[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...