Sekarang ini, Fay dan Kevin tengah berada di sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari kediaman Fay. Sejak di perjalanan tadi, Fay tidak mengeluarkan suara barang sedikit pun. Berbeda dengan Kevin yang tidak henti-hentinya meminta maaf, bahkan berbuat konyol hanya untuk membuat Fay bersuara. Menurut pria itu, Fay seperti bukan dirinya, karena seperti yang ia tahu, Fay orangnya tidak bisa diam. Ntah apa yang di pikirkan oleh gadis itu, atau memang dirinya belum memaafkan Kevin, ntahlah.
Tidak lama, pesanan keduanya datang. Kevin memesan menu makanan sehat untuk dirinya dan Fay, lagi-lagi gadis itu tidak protes seperti biasanya, bahkan dia hanya diam dan pasrah.
Kevin mengusap wajah gusar. "Yoona, lo kenapa sih? Masih marah sama gue?" tanya Kevin yang sedari tadi menahan mulutnya yang sudah gatal untuk bertanya.
Fay tidak menjawab, ia fokus memakan makanan yang di pesankan Kevin untuknya.
Kevin lagi-lagi mengembuskan nafas kasar. "Yoona! Lo kenapa sih? Masih marah karena gue ngaku jadi pacar lo? Kenapa sih diem aja? Marah karena gue pesenin itu buat lo?" Kevin mengacak rambutnya frustasi.
"Udah nggak usah makan, kalo nggak suka!" Kevin menarik piring makanan Fay dengan terpaksa.
Fay menatap tajam Kevin. "Apa-apaan sih!" kesalnya.
"Kenapa? Kenapa diemin gue? Kenapa nggak manggil gue Bang Ke lagi? Lo udah nggak nganggep gue sepupu lo lagi?" tanya Kevin datar.
Fay mengembuskan nafas pelan. Jujur saja, ia sedang tidak ingin berbasa-basi dengan kakak sepupunya itu. Fay juga tidak marah dengannya, hanya saja sedikit kesal. Itupun sejak di sekolah, dan sepulangnya kerumah, Fay sudah tidak kesal. Fay juga tidak tahu apa yang ada di pikirannya. Ntah kenapa ia memikirkan ... Kay.
"Yoona!" panggil Kevin. Sontak Fay tersadar.
"Nggak Bang Ke, gue nggak marah, lagi males ngomong aja. Siniin makanan gue."
Kevin menghela nafas lega, lalu menyodorkan kembali makanan milik Fay. Begitupun dengannya yang mulai melahap makanan miliknya.
"Makan yang banyak, Yoona." Kevin menepuk-nepuk lembut puncak kepala Fay.
Tidak jauh dari tempat duduk mereka, seseorang mengawasi keduanya.
Pria itu tersenyum miring. "Cuma sepupu, rupanya."
***
Setelah menyelesaikan kegiatan makan keduanya, Fay dan Kevin beranjak keluar dari cafe tersebut."Mau jalan-jalan dulu?" tanya Kevin saat keduanya sudah berada di dalam mobil Kevin.
"Kemana, Bang?" tanya Fay, membuat Kevin mengembangkan senyumnya. Setidaknya gadis itu tidak lagi mendiamkannya.
"Ke mall mau? Gue traktir deh, pilih apa yang lo mau!" jawab Kevin menggebu.
Mata Fay berbinar. "Beneran, Bang Ke?"
"Iye, apa sih yang nggak buat Adek gue ini, unch!" Kevin mencubit gemas pipi Fay, membuat gadis itu kesal.
"Sakit jerawat gue, Bang Ke!"
"Ekhee, maap."
Selama di perjalanan menuju mall, keduanya tidak henti-hentinya saling melempar candaan satu sama lain, sembari menceritakan kembali kisah kecil keduanya yang tidak pernah terpisahkan layaknya adik dan kakak kandung.
"Hahaha... inget dulu, lo paling takut sama cecak!" Fay menyemburkan tawanya, mengejek Kevin.
"Gada adab emang lo, sama Abang sendiri!" kesal Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...