"Fay, kalo misalnya gue berjuang lebih keras lagi buat dapetin lo, boleh?"
"Maksud lo apa, hah?!!"
Betapa terkejutnya Fay dan Kenan kala tiba-tiba Kay datang, menarik Fay dari duduknya lalu mendorong kasar tubuh Kenan hingga punggung pria itu menghantam sandaran bangku taman cukup keras.
"Maksud lo apa? Lo mau dapetin Fay? Lo lupa kalo Fay itu pacar gue, hah?!" Kay semakin emosi. Sedangkan Kenan hanya menatapnya datar, sesekali meringis kala punggungnya terasa sakit.
"Sekai udah," cicit Fay di sela-sela tangisnya.
"Lo udah denger sendiri 'kan, apa yang gue bilang tadi sama Fay? Jadi nggak perlu lagi gue jelasin," ujar Kenan datar.
Kay semakin emosi, ia menatap Kenan tajam seolah ingin menerkam. "Fay pacar gue, jadi, selama masih ada gue, lo nggak bakal bisa dapetin dia," ucapnya tajam, seolah memberi peringatan.
Kenan tersenyum miring. "Pacar lo? Tapi kenapa pas Fay rapuh, lo nggak ada di sampingnya?"
Kay bungkam. Sejujurnya ia masih belum mengerti maksud dari kata 'rapuh' itu.
"Gue peringatin sama lo, jangan deketin Fay lagi!" peringat Kay, menekankan.
"Maksud lo apa, Sekai?" tanya Fay, melepas tangannya dari cekalan tangan Kay.
"Apa?" tanya Kay, mencoba meredakan emosinya.
"Lo nggak boleh dong, larang-larang Kenan buat deket sama gue."
Kay mengernyitkan kening. "Kenapa nggak boleh?"
"Ya ngga--"
"Lo suka deket-deket sama dia? Lo punya perasaan juga sama dia? Oh, atau lo biarin dia perjuangin lo, gitu?"
Mata Fay semakin memanas mendengarnya.
"Nggak papa Fay, gue pergi." setelahnya, Kenan pergi dari sana, meninggalkan Fay dan Kay berdua.
"Ke-kenapa Sekai?" tanya Fay, seraya terisak.
"Gue sama Kenan nggak ada apa-apa, kita cuma temenan biasa," lirihnya.
"Tapi dia suka sama lo, Fay!" bentak Kay. Jujur, hatinya tersentil kala mendengar jika Kenan ingin memperjuangkan gadisnya lagi.
Fay bungkam. Untuk pertama kalinya Kay membentak dirinya, dan itu sukses membuat nyali Fay menciut.
"YOONA!" panggil seorang pria yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kevin.
Kevin menghampiri Fay dengan raut khawatirnya.
"Yoona, kamu baik-baik aja?" tanya Kevin, membawa tubuh ringkih Fay ke dalam pelukannya.
Fay terisak, membuat Kevin semakin khawatir.
"Lo apain Yoona, Kay?!"
Kay terdiam. Tidak berniat menjawab. Kay menatap Fay yang tengah terisak tepat di dada bidang Kevin. Kay marah, Kay tidak suka melihat gadis itu menangis. Lagi pula, ini untuk pertama kalinya ia melihat Fay menangis. Kay masih merasa tidak enak hati kala teringat ucapan Kenan. Ia takut, takut jika Fay pergi darinya dan lebih memilih Kenan. Sial! Kay sepertinya sudah mencintai gadis ini.
Kevin merenggangkan pelukannya, menangkup kedua pipi tirus adik sepupunya itu, lalu mengusap air matanya lembut.
"Udah, jangan nangis lagi," ucapnya lembut.
Fay menghentikan tangisnya.
Fay tersentak, ketika Kay menarik tubuh kurusnya ke dalam pelukan pria itu. Kevin pun terkejut di buatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...