Sebuah mobil sport Buggati berwarna merah, memasuki gerbang SMA Acacia. Para siswa yang melihat itu pun, menatapnya takjub dengan mata yang berbinar, termasuk satpam yang berjaga di gerbang. Mereka bertanya-tanya, siapa pemilik mobil mewah itu, pasalnya sangat jarang ada siswa yang menggunakan kendaraan mewah seperti dirinya.
"Bang Ke, ih! Gue kan udah bilang, nuruninnya di gerbang aja!" gadis itu mencebikkan bibirnya kesal.
"Emang kenapa, Yoona?" tanya Kevin. Ya, pemilik mobil itu adalah Kevin. Pria itu berniat akan mendaftarkan diri sebagai murid di sekolah tersebut, dan tentunya ia akan menjadi kakak kelasnya Fay.
"Gue malu, Bang."
Kevin menatap datar adik sepupunya itu. "Oh jadi lo malu, punya Abang kayak gue?"
Fay menggeleng cepat. "Bukan, Bang Ke! Gue berasa nggak pantes aja, lagian ntar pasti gue di bully kalo ada siswa yang liat." Benar, gadis itu bukannya malu, pasalnya iya merasa sangat tidak pantas jika bersanding dengan kakaknya ini!
"Siapa yang berani bully lo?" tanya Kevin dingin.
Fay gelagapan. "Ng-nggak kok, Bang Ke, nggak ada, mana ada yang berani bully gue!" sangkal Fay cepat.
"Siapa, Yoona?!" tanya Kevin dengan intonasi dingin dan tatapan menyelidik.
Fay menelan kasar salivanya. "Ng-nggak Bang! Udah ayok ah, bentar lagi masuk!" Fay memilih menghindar, membuka pintu mobil Kevin, dan keluar dari sana.
Tepat pada saat Fay sepenuhnya keluar dari mobil Kevin, tatapannya bertubrukan dengan Kay yang baru saja memarkirkan motor miliknya. Cukup lama mereka saling bertukar pandang, namun Fay lebih dulu memutus pandangannya.
Fay tersentak, kala sebuah tangan merangkul hangat pundaknya.
"Ayok," ajak Kevin, merangkul pundak Fay.
Fay mencoba melepaskan diri, pasalnya kini mereka menjadi pusat perhatian.
"Bang Ke, lepas dong, nggak enak kek gini di area sekolah."
Kevin menatapnya tajam. "Diam, atau gue aduin ke Buna kalo lo sering di bully?"
Belum sempat Fay menjawab.
"Trus lo di pindahin sekolah ke Chicago, bareng gue?"
Fay bungkam pasrah. Keduanya berjalan berniat menuju ruang kepala sekolah terlebih dahulu. Sepanjang jalan, tidak sedikit siswa yang menatap Kevin dengan tatapan memuja, lalu melemparkan tatapan tidak suka ke arah Fay. Gadis itu hanya bisa menunduk sembari menyumpah serapahi Kevin dalam hati.
Lain halnya dengan Kay yang menatap kepergian Fay dan Kevin dengan kening yang mengerut. "Tu cowok siapa ya?" gumamnya bertanya-tanya.
Kay mengingat saat tadi ia bertatapan dengan Fay, lalu gadis itu mengalihkan pandangannya. "Sombong banget, mentang-mentang udah punya cowok! Lagian masih gantengan gue," ujarnya lagi, berganti dengan raut kesal.
"Tapi masa iya, dia ngajak pacarnya nginep di rumahnya," gumamnya lagi.
"Harus gue cari tau nih!" putus Kay, hendak melangkah menuju kelasnya, namun tertahan kala seseorang memanggilnya dari belakang.
"Kay!"
Kay membalikkan badannya, pria itu mengembangkan senyumnya. "Pagi, Nai," sapa Kay.
Naina, gadis itu tersenyum malu sembari menyampirkan rambutnya di samping telinga. "Pagi juga, Kay."
Untuk beberapa detik, Kay tertegun melihat senyum manis gadis itu, tangannya terangkat mengacak puncak kepalanya. "Manis banget sih."
Lain halnya dengan Naina, gadis itu bungkam sembari menetralkan detak jantungnya. Kembali lagi, untuk pertama kalinya ia mendapat perlakuan semanis ini dari seorang pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...