Fay berlari menyusuri koridor, menaiki tangga menuju rooftop dengan air mata yang mengalir deras. Beruntungnya, keadaan sekolah kali ini tengah sepi karena kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.
Sesampainya di rooftop, nafas Fay tersengal-sengal di selingi oleh isak tangis yang terdengar sangat memilukan. Fay mengusap kasar air matanya. Sungguh Fay tidak menyangka, orang yang selama ini ia anggap baik, bahkan berniat untuk memberikan cinta tulusnya, tega membohonginya, dan memfitnah dirinya. Jika Mona, Fay mungkin sudah tidak heran. Akan tetapi, ini Kenan. Dan sialnya lagi, keduanya adalah saudara kandung, bahkan semua masalah yang Fay alami selama ini, adalah rencana keduanya. Sungguh, Fay tidak habis pikir. Beruntungnya, malam itu Fay hanya bersandiwara menerima cinta Kenan di depan Kay. Ya, Fay tidak benar-benar menerima cinta Kenan.
Fay jadi berpikir, jika apa yang di katakan Kenan tentang Kay yang memukulnya juga tidak benar. Sial, Kenan sudah banyak membuat ia dalam masalah. Sungguh, Fay sangat membenci Kenan.
Hati Fay semakin sakit, ketika mengetahui satu fakta lagi yang dimana dirinya bukanlah anak kandung Disha. Benar memang, Fay sendiri belum mendengar langsung kebenarannya dari Disha sendiri, akan tetapi kebungkaman wanita itu seolah cukup menjawab pertanyaannya.
Fay terisak, hatinya terasa sangat sesak. Fay lagi-lagi mengusap air matanya seraya bergumam. "Gue harap ini semua cuma mimpi." Fay menampar pipinya sendiri berkali-kali, mencoba menyadarkan dirinya sendiri yang sialnya memang benarlah kenyataannya.
Tangis Fay semakin pecah, setelah dirinya sadar jika ini semua bukan mimpi. Tamparan tangannya sendiri baru berhenti ketika seseorang memanggil namanya dari belakang.
"YOONA!"
Fay berbalik, mengusap kasar air mata yang sialnya terus-terusan mengalir itu. Kevin berlari ke arah Fay, memeluk erat tubuh ringkih gadis itu seraya menenangkannya. Tangis Fay semakin pecah.
"Bang Kevin," lirih Fay, membalas pelukan hangat kakak sepupu palsunya itu.
"Fay bukan anak kandung Buna, Bang," racau Fay, membuat hati Kevin nyeri di buatnya.
"Yoona." Kevin mencoba menenangkannya, mengusap-usap punggung kurusnya.
"Aku bukan sepupu Bang Kevin," racau Fay lagi, meremas kuat punggung seragam Kevin.
"Nggak Yoona, kamu itu tetap adik abang, Abang udah nganggep kamu adik kandung Abang sendiri," ujar Kevin. Benar memang, Kevin sudah menganggapnya sebagai adik kandung, dan Kevin sangat menyayangi Fay.
"Tapi Fay bukan anak Buna," lirih Fay lagi, di selingi dengan isakan yang tentu saja membuat dada Kevin sesak sedari tadi.
"Yoona, dengerin Abang. Walaupun Yoona bukan anak kandung bunda, tapi bunda sayang banget sama Yoona, bunda udah nganggep Yoona sebagai anak kandungnya sendiri, begitupun dengan abang. Abang udah nganggep Yoona sebagai adik kandung abang sen--"
Belum selesai Kevin dengan ucapannya, Fay tiba-tiba melepas pelukannya, menatap Kevin dengan tatapan terluka.
"Ja-jadi Bang Kevin, udah tau?" tanya Fay masih dengan air mata yang mengalir deras.
Kevin mengangguk.
"Sejak kapan?" tanya Fay dingin.
"Yoona." Kevin mencoba meraih tangan Fay, dengan cepat Fay mundur.
"Kenapa nggak kasih tau aku?"
Kevin lagi-lagi tidak bisa menjawab, ia mencoba meraih tangan Fay, akan tetapi Fay lagi-lagi menghindar.
Fay menggelengkan kepalanya tidak menyangka.
"Jahat!" setelahnya Fay berlari pergi dari sana meninggalkan Kevin sendiri dengan kekalutannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...