Fay memejamkan matanya kala merasakan pelukan hangat serta elusan lembut pada punggungnya. Tanpa di sadari, air mata Fay mengalir.
"Maafin Fay, Buna," lirih Fay semakin mengeratkan pelukannya.
"Sssttt, kenapa minta maaf, sayang?"
"Maaf karena Fay belum bisa bahagiain Buna, belum bisa balas jasa Buna."
"Nggak sayang. Asal Fay tau, dengan kehadirannya Fay dalam hidup Buna, itu udah lebih dari cukup buat Buna, sayang." Disha mengelap air matanya yang terjun tiba-tiba.
Fay semakin terisak. Jujur, ia sangat sedih. Dirinya bahkan belum bisa membalas jasa Disha, wanita yang sudah merawatnya sejak kecil. Walaupun Disha bukanlah ibu kandungnya, namun tetap saja, Fay sangat menyayanginya. Dan lebih sedih lagi, hari ini tepat di hari pernikahannya, ia akan pergi meninggalkan Disha untuk tinggal berasama Kay--suaminya.
Disha melepaskan pelukannya. Mengusap lembut air mata Fay seraya tersenyum hangat. "Udah, jangan pikirin buna. Buna kan ada bang Kevin. Kamu baik-baik di sana ya, jadi istri yang sholehah, nurut sama suami," pesan Disha. Tangis Fay semakin pecah. Sesak rasanya harus tinggal berpisah dengan malaikatnya ini.
Fay mengangguk. Menoleh ke arah Sia dan juga Akash. Fay menghampirinya.
"Mama." Fay menghambur memeluk Sia. Tentu, di balas pula dengan erat oleh dokter cantik itu.
"Nggak nyangka anak mama udah dewasa, udah punya rumah tangga sendiri," ujar Sia, menahan tangis.
Fay hanya terdiam.
"Baik-baik ya anak mama, kalo ada apa-apa langsung hubungi Mama, Bunda, atau Papa. Inget pesan Bunda kan tadi, jadi istri yang sholehah, nurut apa kata suami." Sia tersenyum hangat sembari mengelus punggung Fay.
"Iya Ma," jawab Fay melepaskan pelukannya, dan beralih memeluk Akash.
"Anak papa udah gede, udah punya suami. Ah, bentar lagi pasti papa punya cucu ini."
"Pa," rengek Fay, melepaskan pelukannya. Tidak salah memang, akan tetapi Fay malu mendengarnya.
Akash terkekeh. Ia beralih memandang Kay. "Kay, jaga putri saya ini. Jangan sekali-kali kamu nyakitin dia! Awas saja kalau sampai kamu nyakitin dia," ancam Akash serius.
Kay tersenyum sopan. "Nggak bakal Pa, tenang aja, sama Kay mah aman!"
Akash tersenyum. "Ingat, ntar malam jangan kasar-kasar kamu!"
"Oh siap!"
Kedua orang itu terkekeh bersamaan, sedangkan yang mendengarnya hanya menggelengkan kepala. Berbeda dengan Fay yang wajahnya sudah memerah karena malu.
"Yeuh, ngeduluin gue nih, nggak ada akhlak emang adek laknat!" Kevin mengacak gemas puncak kepala Fay.
"Biarin!" Fay memeletkan lidahnya.
Kevin terbahak, ia menarik tubuh kurus Fay ke dalam pelukannya. Demi Tuhan Kevin sangat bersyukur, adiknya ini dapat menemukan kebahagiannya, ya walaupun harus berpisah tempat tinggal dengannya. Akan tetapi tidak apa, Kevin ikhlas, ia sangat berterima kasih pada Tuhan, terima kasih atas kebahagiaan yang di limpahkan untuk adiknya ini.
"Sering-seing main ke rumah ketemu gue sama Bunda," pinta Kevin.
"Pastinya," jawab Fay tanpa ragu.
Kevin melepas pelukannya.
"Woy Kay, awas aja lo nyakitin adek gue. Kalo sampe, gue pastiin gue cekek lo ampe wassalam!" ancam Kevin.
"Udah tenang aja kakak ipar, kagak bakal gue sakitin dah serius," jawab Kay. Kevin tersenyum puas.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...