Semburat cahaya orange menerpa tepat di wajah polos yang di penuhi jerawat berwarna merah muda tersebut. Sesekali gadis itu mengeliat, menghindari cahaya hangat itu. Tidak lama, ia merasakan usapan lembut pada puncak kepalanya. Fay membuka kedua matanya, sesekali mengerjap untuk menyesuaikan cahaya yang masuk pada netra hitamnya.
"Pagi, Fayoona."
Fay tersenyum penuh arti ketika mendapati wanita bak malaikat yang merupakan harta satu-satunya yang paling berharga. Disha.
"Pagi juga, Buna," balas Fay, mencoba bangkit dari tidurnya.
"Mandi ya, abis itu turun sarapan. Bunda mau bangunin Abang Kevin dulu." Fay mengangguk setuju, lalu bangkit dari duduknya memasuki kamar mandi. Begitu pula dengan Disha yang berlalu menuju kamar Kevin. Ah, setidaknya dengan kehadiran Kevin, anak semata goleknya itu tidak kesepian lagi.
Setelah selesai dengan ritual rutinnya, Fay menuruni tangga, berbelok menuju ruang makan. Gadis ber-hoodie putih yang menyamarkan tubuh kurusnya itu, mengambil posisi duduk di depan Kevin.
"Good pagi, Bang Ke!" ucapnya ceria.
Kevin berdecak sebal. "Selamat Morning, Yoona," balasnya malas.
Setelah Fay memakan habis menu sarapan yang di buatkan oleh Disha, Ia dan juga Kevin bersiap untuk berangkat ke sekolah.
"Nih." Kevin menyodorkan sebuah kotak bekal kepada Fay.
"Apa, Bang Ke?" tanyanya.
"Bekal lah," jawab Kevin datar.
"Kan gue udah makan, Bang."
"Buat ntar siang."
Dengan malas Fay meraih kotak bekal tersebut, lalu memasukkannya ke dalam tas. Keduanya berjalan menuju mobil yang sudah lebih dulu di siapkan oleh Kevin.
Fay mengernyit. "Mobil siapa?"
"Mobil gue dong, masa iya mobil orang," jawab Kevin.
Fay mengembuskan nafas pelan. "Baru inget gue, kalo Bang Ke itu sejenis tumbuhan merambat," ujarnya dramatis.
Sontak Kevin melayangkan tatapan tajam pada adik sepupunya itu.
Tanpa berkata lagi, keduanya masuk ke dalam mobil Lamborghini Aventador yang baru saja di beli oleh Kevin. Sedangkan mobil yang satunya sudah ia jual, dengan alasan bosan. Ya, Kevin adalah tipe orang yang cepat bosan dengan apapun, termasuk cewek.
***
Baru saja Fay memasuki kelasnya, berjalan menuju bangku miliknya. Fay mengernyit heran, tidak biasanya Moa datang lebih telat di banding dirinya. Biasanya gadis itu sudah lebih dulu duduk manis di sana dan akan menyambut kedatangan Fay.
"Wah Fay, hoodie baru ya?" tanya salah seorang gadis yang di ketahui bernama Seza itu.
"Yoi," jawab Fay.
"Pasti koleksi hoodie lo banyak ya?" tanya Fina.
Fay tersenyum tipis. "Nggak banyak juga sih, cuma beberapa doang."
"Fay, lo ngapa sih, suka banget pake hoodie? Dateng sekolah pake, pulang sekolah pake, kagak gerah lo?" tanya pria bernama Ricky yang merupakan ketua kelas mereka.
"Mau gerah mau nggak juga bodo amat kali, yang penting tubuh kurusnya nggak keliatan."
"Hahahaha!!"
Fay tersenyum getir. Tidak, temannya itu tidak salah. Hanya saja rasa insecure-nya semakin menjadi-jadi, ketika mengingat fisiknya sendiri.
"Hahaha!! Bener, bener." Fay ikut tertawa. Lebih tepatnya menertawai dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...