Pancaran cahaya hangat menerpa tepat di wajah polos gadis berbaju kaos oversize itu. Gadis itu ngerutkan kening dengan mata yang masih tertutup rapat. Perlahan matanya terbuka sedikit demi sedikit, tangannya terangkat menghalau cahaya matahari yang mengenai wajah polosnya itu. Lama dirinya mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya yang memasuki retina mata, hingga detik berikutnya gadis itu melebarkan matanya ketika ia melihat kepala sang pria yang berada tepat di depan wajahnya.
Fay panik. Ia mencoba menyingkirkan lengan besar Kay yang memeluk pinggang rampingnya. Kesadaran Fay telah kembali sepenuhnya. Ia baru mengingat jika tadi malam dirinya ikut tertidur bersama dengan Kay di balkon kamar pria ini. Bahaya, ini sangat bahaya. Bagaimana jika Disha berpikir yang tidak-tidak? Apalagi dirinya tidak meminta izin jika akan menginap, dan yang lebih bahaya lagi ....
"SKY BANGUN KITA TELAT KE SEKOLAH!!!" Fay mencoba kembali melepas tangan Kay yang masih setia memeluknya erat. Bahkan, pria itu semakin menenggelamkan wajahnya tepat di dada Fay. Ingat, dada! Bayangkan! Jika ada yang melihat mereka dengan posisi ini, pasti mereka akan berpikir yang iya-iya!
Setelah berhasil melepas tangan Kay, Fay menjauhkan wajah Kay dari dadanya.
Fay menepuk-nepuk pipi Kay. "Sky bangun, udah pagi, kita telat ke sekolah!" Kay membalasnya dengan gumaman.
"Sky bangun ih!"
"Hem, bentar lagi Yang." Kay hendak memeluk Fay lagi, dengan cepat Fay menepis tangan Kay dan bangun dari tidurnya.
"Gara-gara lo gue jadi ikut ketiduran!" kesal Fay.
Kay perlahan bangun dari tidurnya, mencoba membuka paksa matanya.
"Gue pulang!" ketus Fay, lalu beranjak dari sana.
"Sayang," rengek Kay layaknya seorang bocah kepada ibunya.
Fay berjalan menuruni tangga dengan tergesa-gesa sembari memikirkan apa alasan yang akan ia berikan kepada Disha. Bahkan, saking fokusnya ia memikirkan alasannya, tanpa ia sadari, di ruang keluarga sudah ada Shena, Rehan, dan sepasang suami istri yang jauh lebih tua dari kedua orang itu.
"Loh, Fay?" kaget Shena.
Fay menghentikan langkahnya, tidak kalah terkejut dari Shena. Bahkan kini semua orang menatapnya dengan tatapan penuh tanya.
"Fay, semalaman nginap di sini?" tanya Rehan mencoba berpikir positif. Aish, tapi jika seorang pria dan gadis menginap dan tidur di dalam satu ruangan, apa masih bisa kita berpikir positif? Ntahlah, Rehan berharap jika apa yang ia pikirkan tidak benar-benar terjadi.
"Fay?" panggil Shena, menyadarkan Fay yang masih bungkam dan membeku di tempat.
"E-em ta-tadi malem Fa--"
"Sayang."
Mendengar panggilan dari arah tangga, sontak semua mata tertuju pada Kay yang tengah menuruni tangga dengan penampilan khas baru bangun tidurnya. Mereka yang ada di sana terkejut melihatnya. Pikiran mereka sudah tertuju ke satu arah.
Kay berjalan dengan tatapan yang tidak lepas dari Fay. Sesampainya pada orang yang ia tuju, Kay dengan tanpa bebannya memeluk tubuh Fay, menenggelamkan wajahnya tepat di ceruk leher Fay seraya memejamkan matanya. Ntah sadar atau tidak, yang jelas Kay tidak menganggap keberadaan keempat orang itu.
Fay semakin panik di buatnya. Ia mencoba melepas pelukan Kay yang sialnya sangatlah erat.
"Sky lepas," bisik Fay, mencoba melepaskan diri.
"Masih ngantuk Yang," rengek Kay. Fay menelan susah salivanya.
"Sky!" lagi-lagi nafas Fay tercekat kala mendengar suara bariton Rehan. Lain halnya dengan Kay yang tampak acuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...