Debay berlari memasuki gerbang kediaman Disha, diikuti oleh Kay di belakangnya. Gadis cilik itu terlihat sangat ceria, terlebih menggunakan gaun princess berwarna peach yang terlihat sangat cantik nan menggemaskan.
"De, pelan-pelan woy!" pekik Kay dari belakangnya, namun tidak di gubris oleh bocah itu.
"BUNDA! TATAK PAY!" teriak Debay, baru saja memasuki rumah Disha.
Tidak lama, Disha muncul ntah dari mana. Mendekati Debay dengan senyum keibuan terpatri di bibirnya. "Loh, ada Debay."
Debay tersenyum sumringah, berlari ke arah Disha. Dengan cepat Disha mengangkat tubuh mungilnya, membawanya ke dalam gendongannya. Ah, rasanya ia merindukan Fayoona saat kecil.
"Debay abis anter Mama sama Papa ke bandara ya?" tanya Disha. Debay mengangguk cepat. Ya, Debay dan Kay baru saja pulang mengantar Shena dan Rehan ke bandara. Tadinya Disha juga ingin ikut mengantar, akan tetapi Shena dan Rehan menolak dengan alasan tidak ingin di repotkan. Debay juga sama sekali tidak merasa sedih, bocah itu terlihat biasa saja dan tetap ceria seperti biasa. Ntahlah, Debay tidak ingin banyak, hanya saja menginginkan abang baru!
"Iya, Bunda."
"Debay udah makan? Kalo belum, makan dulu sama Bunda ya?"
Debay menggeleng. "Ntal aja Bunda, baleng sama Bang Kay. Umm,,, Tatak Paynya mana, Bunda?" tanya Debay seraya memeluk leher Disha.
"Kakak Fay belum bangun sayang, Debay bangunin sendiri mau nggak?"
Debay mengangguk cepat. "Mau!" pekiknya semangat.
Disha segera menuruni Debay dari gendongannya. Dengan cepat bocah itu berlari menaiki tangga hendak menuju kamar Fay.
Sialnya, pada saat Debay hendak menaikkan kaki sebelahnya pada anak tangga terakhir dan paling atas, kaki sebelahnya terpeleset, dan tubuhnya mungilnya terhuyung ke belakang.
"HUAAAA!!" pekik Debay. Namun belum sempat dirinya benar-benar terjatuh, sebuah tangan menarik tangannya dengan cepat.
"Astaga, hati-hati Debay!" orang itu membawa Debay ke dalam gendongannya, memeluknya erat. Terlihat Debay yang masih dalam keterkejutannya, menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher orang itu sembari menutup mata.
"Debay nggak papa?" tanya orang itu, ketika mendengar suara isakan kecil dari bocah itu.
"Bang Epin, hiks, De-debay takut hiks," isak Debay pada ceruk leher Kevin. Ya, pria itu adalah Kevin. Bisa di bilang, ini kedua kalinya mereka bertemu. Yang pertama ketika Disha mengenalkan mereka pada malam dimana Debay mengajak Fay membeli martabak. Dan kali keduanya sekarang.
"Sssttt, jangan nangis," Kevin mencoba menenangkannya, mengusap-ngusap punggung mungilnya.
Berhasil. Debay kembali tenang, mengangkat wajahnya dari ceruk leher Kevin.
Kevin mengelap lembut bekas air mata Debay. "Lain kali Debay kalo naik tangga, jangan lari-lari ya," ucap Kevin. Debay mengangguk.
"Iya, Abang Epin."
"Debay mau kemana sih?" tanya Kevin yang penasaran.
"Debay mau bangunin Tatak Pay, Abang Epin," jawabnya menggemaskan.
Kevin tersenyum, menurunkan Debay dari gendongannya. "Yaudah sana bangunin, kalo nggak mau bangun, siram aja pake air yang di kamar mandi ya."
Debay mengangguk mantap, menyodorkan kedua jempolnya. "Woke, Bang Epin!" pekiknya semangat, lalu kebali berlari menuju kamar Fay.
Kevin tersenyum smirk. Berharap Debay benar-benar melakukannya. "Siapa suruh kebo!"
Debay perlahan memasuki kamar Fay, beruntungnya kamar itu tidak pernah terkunci. Debay berlari, menaiki kasur queen size milik Fay.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...