Pagi ini, Kay baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Mendudukkan diri di pinggir ranjang, seraya mengucek-ngucek mata. Kay bangkit, terlebih dahulu ia masuk ke kamar mandi melakukan ritual paginya.
Setelah hampir setengah jam, Kay keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit sebatas pinggang. Ntah apa yang di lakukannya di dalam sana hingga sampai selama itu. Kay berdiri tepat di depan lemari yang terdapat cermin full body miliknya, ia menatap tubuhnya dari atas hingga bawah.
"Anjir, gagah banget gue ternyata," gumamnya, seraya mengacak-ngacak rambut basahnya, hingga percikan air membasahi cermin di depannya.
Kay memperhatikan perut kotak-kotak miliknya. "Apalagi roti sobek gue, auto klepek-klepek cewek kalo liatnya!" ujarnya menggebu di akhiri kekehan.
Kay tersadar, dengan cepat ia mengenakan seragam sekolah lengkapnya, selanjutnya menuju kamar Debay untuk membangunkan bocah itu terlebih dahulu.
Kay duduk di tepi ranjang bernuansa merah muda itu, memandang wajah polos sang adik, dengan pipi gembul bak jajanan bakpao, dan deru nafasnya yang tenang. Aish, menggemaskan sekali pikirnya.
Kay menepuk-nepuk pantat Debay. "De, bangun," ucapnya.
Debay yang merasa tenganggu pun, mengeliat dari tidurnya, perlahan membuka mata seraya menyesuaikan cahaya yang masuk menembus netranya.
"Mowning Bang Kay," ucapnya dengan suara serak khas baru bangun tidur.
Kay tersenyum. "Mowning too, princess." Kay mencubit gemas pipi gembulnya.
"Bang Kay, mau sekolah?" tanya Debay.
"Nggak, Abang mau mulung," jawab Kay ngasal. Debay tidak mengubris, ia tidak punya tenaga untuk bercanda pagi ini.
"Bangun ya, Bi Asti mandiin, Abang tunggu di ruang makan." setelah mendapat persetujuan oleh Debay, Kay berlalu melanjutkan aktifitasnya, menyiapkan diri untuk berangkat sekolah.
***
Sama halnya dengan Kay, Fay baru saja bangun, mendudukkan diri di sisi ranjang seraya memegang perutnya yang terasa nyeri.
"Mau dapet kali ya," gumamnya.
Fay bangkit, berjalan menuju cermin full body miliknya. Seperti sudah menjadi kebiasaan, bangun tidur dirinya bercermin. Fay mengucek-ngucek matanya, melihat pantulan dirinya pada cermin itu. Fay membelalak, kala melihat kulit wajahnya yang mengelupas. Fay panik bukan main.
"Aduh, ini muka gue kenapa?" tanyanya panik, seraya meraba-raba wajahnya.
"Apa efek detox, ya?" gumamnya lagi, bertanya pada diri sendiri. Ah ya, sebelum Fay membeli skincare itu dari Rara, dirinya sudah search memang tentang produk itu di google. Dan ternyata memang bagus, proses detoxnya juga di cantumkan di sana, ya itu efek kulit mati yang mengelupas, mengeluarkan bekas-bekas pemakaian produk sebelumnya. Fay baru mengingat, hingga rasa paniknya sedikit berkurang.
Fay membuka laci meja riasnya, mencari-cari sesuatu di dalam sana. Fay menghela nafas lega, kala menemukannya.
"Untung aja masih ada," ujarnya, lalu bergegas memasuki kamar mandi untuk menuntaskan ritualnya.
Setelah selesai menggunakan seragam lengkap dan tidak lupa memakai skincarenya, Fay segera turun dari kamarnya. Oh, jangan lupakan masker duckbill yang ia kenakan. Setidaknya bisa menutupi sedikit wajahnya yang mengelupas.
"Selamat pagi Buna, pagi Bang Ke," sapa Fay, baru saja menginjakkan kaki di ruang makan.
"Pagi juga Yoona," balas Kevin.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Подростковая литература[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...