Lengkap dengan seragam sekolahnya, Fay berdiri tepat di depan cermin full body miliknya. Ia menelisik setiap bagian tubuhnya. Ah, sepertinya tidak ada yang berubah selain warna kulit coklatnya yang perlahan memudar. Fay beralih menatap pantulan wajahnya, senyum Fay mengembang tipis. Keadaan wajahnya sudah mulai membaik.
Fay berjalan menuruni tangga, menuju ruang makan yang dimana sudah ada Disha dan juga Kevin di sana. Fay heran, pria itu sama sekali tidak pernah bangun lebih telat daripada dirinya.
"Pagi, Yoona." tentu kalian tahu bukan, siapa itu?
"Pagi Bang Ke!" balas Fay riang. Kevin berdecak kesal.
"Sini Nak, sarapan dulu yang banyak." nah, ini Disha. Wanita yang sebenarnya bukan orang tua kandungnya, namun Fay tidak mempermasalahkan itu. Fay sudah menganggap Disha sebagai ibu kandungnya sendiri.
Fay tersenyum menurut. Fay bersyukur, semua masalah yang tidak lama ini ia hadapi sudah tuntas, dan satu lagi fakta yang cukup membuat ia tercengang. Dan hari ini, Fay berniat akan memulai semuanya dari awal. Mencoba menjadi anak yang baik untuk Disha, dan mencoba menerima keluarga barunya. Ya, perihal itu, Fay sudah memilih. Ia memilih untuk tetap tinggal bersama dengan Disha. Akan tetapi tetap saja, sesekali ia akan berkunjung ke rumah orang tua kandungnya. Beruntungnya mereka setuju.
Setelah selesai dengan sarapan paginya, Fay bangkit di ikuti oleh Kevin. Keduanya berpamitan kepada Disha terlebih dahulu, lalu berjalan keluar. Baru saja Kevin membuka pintu, ia di kejutkan dengan kedatangan Kay yang sudah berdiri dengan cengiran di depan pintu. Kevin menatapnya tajam.
"Ngapain lo?" tanya Kevin ketus.
Kay masih nyengir-nyengir tidak kelas.
"Gue mau ajak Fay berangkat bareng."
"Gue nggak mau," tolak Fay dingin.
"Lo udah denger kan, jawabannya?" sejujurnya Kevin masih kesal pada pria ini. Bisa-bisanya ia membuat hati adiknya itu sakit. Ya, walaupun itu bukan sepenuhnya salah Kay sih. Tapi tetap saja!
"Gue udah nunggu lama loh, di sini." Kay masih berusaha. Fay tidak mengubrisnya, berjalan melewatinya begitu saja.
"Apa lo?!" tanya Kevin ketus, kala Kay menatapnya dengan pandangan yang .... menjijikan.
"Bantuin gue lah, gue janji dah, gabakal buat Fay sakit hati lagi." Kay masih mencoba peruntungan.
Kevin mulai goyah. "Serius lo?" Kay mengangguk cepat.
"Oke!" Kay bersorak dalam hati.
Keduanya berjalan menghampiri Fay.
"Yoona, kayaknya kita nggak bisa barengan deh."
"Kenapa?"
"Gue harus jemput temen kelompok gue dulu," alibi Kevin.
Fay berdecak. Sial!
"Nah, lo mending bareng sama gue aja, gimana?" tawar Kay.
"Gue bisa naik taksi!"
Fay hendak pergi, namun dengan cepat Kevin menahannya.
"Nggak lupa kan, kalo komplek kita ini susah nyari taksi?" Fay mendesah frustasi. Ingin memesan ojol pun ia harus repot-repot mendownload aplikasinya terlebih dahulu. Sial!
"Sana, sama Kay aja. Anggep aja dia sopir lo kali ini." Kay menatap Kevin tajam.
Fay goyah. Mau tidak mau dirinya menerima tawaran mantannya itu. Ingat ya, mantan!
Kevin menatap kepergian keduanya seraya tersenyum tipis. Benar memang, dirinya masih sedikit kesal dengan Kay. Akan tetapi, Kevin tidak buta, untuk melihat seberapa besar cinta adiknya pada pria itu. Maka karena itulah, ia memuluskan jalan Kay untuk memperbaiki semuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Novela Juvenil[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...