Fay baru saja selesai mengganti seragam sekolahnya dengan baju ala rumahan. Gadis itu baru saja pulang sekolah, seperti kebiasaan sebelumnya, Fay berdiri di depan cermin kesayangannya seraya memandang pantulan tubuhnya pada cermin itu. Fay berjalan ke arah kasur queen size miliknya, lalu duduk di pinggirnya. Fay menghela nafas kasar. Fay kembali mengingat kejadian tadi siang di sekolah, kejadian yang dimana semua orang salah paham atas dirinya dan Naina.
Fay lagi-lagi menghela nafas kasar. Kali ini, pikirannya di penuhi oleh kekasihnya itu, siapa lagi jika bukan Kay. Pria itu terlihat sangat marah padanya, padahal jelas-jelas ia salah paham. Lagi pula, Fay bukan manusia serendah itu ngelabrak orang hanya karena cemburu. Cih, menjijikan sekali! Lebih baik Fay merelakan Kay dengan cuma-cuma, dari pada harus mengotori tangannya hanya untuk menyakiti orang lain. Akan tetapi, Kay sama sekali tidak mempercayainya. Bahkan, saat pulang sekolah tadi, Kay tidak mau mendengar penjelasannya, Kay justru malah mengantar Naina pulang, tanpa memperdulikan keberadaannya. Jujur, hati Fay sangat sakit saat melihatnya.
"Kenapa lo nggak percaya sama gue, Sekai?" lirih Fay, menatap ke depan dengan pandangan kosong.
Fay tersadar. Ia menggelengkan kepalanya cepat. "Bukan, bukan gue yang udah buat Naina kayak gitu, gue nggak salah, gue harus jelasin semuanya sama Sekai!" tekad Fay, lalu bangkit dari duduknya, berjalan keluar kamar, berniat menemui Kay di rumahnya.
Sesampainya di rumah Kay, Fay terlebih dahulu memencet bel pintu utama, tidak lama seseorang membukanya, dan ternyata itu adalah Shena.
"Eh, ada calon mantu, ayo masuk," sambut Shena hangat. Ah, Fay sedikit malu ketika mendengar Shena memanggilnya calon mantu.
Baru saja Fay melangkah masuk, teriakan Debay menggema di telinganya.
"TATAK PAY!" sapa Debay riang.
Fay tersenyum sumringah, seolah tidak ada beban. "Hai Princess, eh, ini siapa?" Fay melihat seorang anak laki-laki, yang kira-kira umurnya setara dengan Debay, tengah memainkan mainan robot miliknya.
"Kenalin, ini namanya Edgal, temen balu Debay lohh!" jawab Debay menggebu.
"Edgal?" tanya Fay memastikan.
"Edgar, Fay, anak tetangga yang baru pindah," celetuk Shena.
Fay mengangguk paham. "Pantesan nggak mau main sama Kakak Fay lagi, udah punya temen baru toh," sindir Fay.
Debay mengerucutkan bibirnya. "Tatak Pay juga, kalo udah sama Bang Kay pasti lupain Debay. Jadinya Debay main sendili, untung ada Edgal yang jadi temen Debay sekalang," ujarnya dengan bibir mencebik. Akhirnya, Debay mengeluarkan semua isi hatinya. Benar saja, semenjak Kay dan Fay berpacaran, keduanya kerap kali melupakan Debay, dan jadinya Debay main sendiri deh.
Fay masih bungkam, mendengar itu, ia kembali mengingat tujuannya untuk datang ke sini.
"Em, Tante, Sekai nya ada?" tanya Fay.
"Ada tuh, di kamal," celetuk Debay mendahului Shena, lalu kembali lanjut bermain dengan Edgar, teman barunya.
"Fay boleh temuin Sekai?" tanya Fay pada Shena, meminta izin.
"Boleh dong, gih sana, ke kamarnya."
Fay mengangguk, setelahnya ia berjalan menuju kamar Kay.
Sesampainya di depan kamar Kay, Fay ragu-ragu untuk mengetuk pintu berwarna putih susu itu. Fay memberanikan diri. Setelah ia mendengar suara Kay yang menyuruhnya masuk dari dalam sana, Fay membukanya. Di lihatnya Kay tengah berdiri di pembatas balkon kamar, memunggungi dirinya.
Setelah menutup pintu, Fay memberanikan diri mendekati Kay.
"Sekai," panggil Fay.
Kay berbalik, sedikit terkejut atas kedatangan Fay.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...