Pagi yang cerah seolah melambangkan hati kedua remaja yang baru saja menjalin sebuah hubungan itu. Pagi ini seolah akan menjadi kebiasaan untuk kedepannya, Kay dan Fay berangkat sekolah bersama. Keduanya baru saja sampai di parkiran sekolah. Keadaan sekolah masih sangat sepi, Fay sengaja meminta Kay untuk berangkat lebih pagi dari biasanya. Bukannya apa-apa, pasalnya ia tidak mau dulu siapapun tahu tentang hubungan mereka. Dan Kay hanya bisa mengikuti kemauan gadis yang sekarang ini berstatus pacarnya itu.
Fay melepas helm miliknya. Masih menggunakan masker untuk menutupi wajahnya, Fay membenarkan poni miliknya hingga menutupi keningnya.
Kay berdecak melihat gadis di depannya ini. "Lepas aja maskernya, ganggu," ujar Kay.
"Ganggu apanya?" tanya Fay.
"Ya ganggu lah, kan jadinya nggak bisa leluasa liat wajah lo," jawab Kay.
Fay menatapnya dengan wajah datar.
Kay menyengir. "Lagian kenapa bisa sih, tau alergi udang, masih aja di makan!" cibir Kay. Benar memang, Fay berbohong pada Kay jika ia tidak sengaja memakan udang, padahal wajahnya masih mengelupas. Ntahlah, Fay ingin rasanya berhenti menggunakan skincare itu, akan tetapi ia sendiri ingin membuktikan ucapan Rara yang katanya seminggu saja ia menggunakan produk itu, maka jerawatnya akan hilang, dan wajahnya menjadi glowing. Benar sih, baru ia memakainya dua hari, sekarang jerawat di wajah Fay, sudah mulai mengempes dan sedikit berkurang.
Fay berdecak. "Bacot banget, ayok masuk!" Fay berjalan lebih dulu, meninggalkan Kay sendiri.
"Anjir, masih pagi banget ini. Yakin gue kalo baru kita bedua doang yang dateng," gumam Kay. Benar saja, ini masih sangat pagi, bahkan gerbang baru saja di buka ketika mereka datang.
Kay menatap punggung Fay yang mulai menjauh. Kay tersenyum miring. "Jangan-jangan sengaja lagi, biar kita bisa beduaan," gumamnya lagi, lalu mengejar langkah Fay.
Kay berlarian kecil, menyejajarkan langkahnya dengan Fay. Kay meraih tangan Fay untuk di gandengnya.
Fay menghentikan langkahnya, menatap datar Kay. "Apadah gandeng-gandeng," galaknya. Hey, jangan lupa jika gadis itu tengah PMS!
"Dih emang ngapa? Tangan pacar gue juga." Kay kembali menarik tangan Fay, mengajaknya berjalan berdampingan dengan tangan yang masih tertaut.
Sedangkan Fay, menahan mati-matin untuk tidak tersenyum. Oh, jangan lupakan jantungnya yang berdegup kencang.
Tidak lama Fay tersadar. "Sekai, ntar ada yang liat." Fay berusaha melepas tautan tangan mereka, namun tidak berhasil karena Kay menggenggam erat tangannya.
"Mana ada yang liat, orang baru kita bedua yang dateng," jawab Kay.
"Iya juga sih." Fay membiarkan tangannya di gandeng oleh Kay, tanpa memprotes lagi.
Kay tersenyum miring. Tidak lama mereka sampai di kelas. Ah, lebih tepatnya di kelas Fay. Bahkan Kay membawa Fay masuk ke dalam kelas gadis itu tanpa sadar.
Fay duduk di kursinya, begitu pula dengan Kay yang duduk di kursi samping Fay. Tepatnya kursi Moa.
"Heh, ngapain lo di sini?" tanya Fay, baru sadar.
"Emang ngapa?" tanya Kay dengan wajah lempengnya.
"Hih, ntar ada yang liat Sekai! Udah sana ke kelas lo!" Fay mendorong-dorong pria itu.
"Nggak mau, mumpung belum ada yang dateng, nggak papa dong, kita mojok dulu." Kay menaik turunkan alisnya.
Mata Fay membulat sempurna. "A-apaan sih lo!" ujarnya gugup. Ya, Fay gugup.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Novela Juvenil[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...