Malam tiba, setelah menghabiskan banyak tenaga untuk berdebat dengan pria itu, Fay memilih pulang ke rumahnya terlebih dahulu, untuk membersihkan diri. Saat ini, Fay tengah berada di depan cermin full body miliknya, seraya menyisir rambutnya. Ada yang berbeda dari model rambut gadis itu, poni yang sengaja ia buat untuk menutupi jerawat yang ada di keningnya, kini sudah tidak lagi. Ia ingin penampilan yang berbeda dengan rambut panjangnya.
Fay tersenyum menatap pantulan dirinya di cermin. Tubuh kurus tinggi, kulit coklat yang mulai terawat serta wajah yang di tumbuhi jerawat kecil-kecil berwarna merah muda. Akan tetapi, ia tetap terlihat cantik. Bukan hanya cantik rupa, melainkan hati.
Fay menghela nafas kasar. Ia kembali teringat perihal Kay yang mengatakan jika pria itu menyukainya, begitu pula dengan Kenan.
"Apanya yang di suka sih, dari gue?" tanyanya, tidak habis pikir dengan kedua pria itu.
Fay menggigit kukunya. Sungguh, ia bingung. Bingung akan membalas perasaan Kay atau Kenan. Sejujurnya, pertama kali ia melihat Kenan, ia merasa ada yang janggal, Fay tertarik dengan pria itu. Fay suka kala pria itu menenangkannya, Fay merasa terlindungi kala dekat dengannya, memberitahukannya betapa ia harus bersyukur dengan keadaannya saat ini, akan tetapi rasa itu perlahan pudar, bergantikan dengan Kay yang saat ini seolah mengisi hari-harinya, memberikannya kebahaagiaan hanya dengan sedikit perlakuan manisnya.
Fay mengacak rambutnya frustasi. Sungguh, ia berada dalam dilema saat ini.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya dengan sangat brutal. Tidak perlu di tanyakan lagi, Fay sudah tahu siapa pelakunya. Yang jelas bukan Disha.
"Fay, woy! Bangun kagak lo! Jam segini udah ngorok, mau jadi apa lo ha?!"
Fay mengembuskan nafas kasar, kala mendengar suara Kevin dari balik pintu sana.
Fay berjalan menghampiri pintu, sedangkan Kevin masih mengetuknya dengan brutal.
Fay membuka pintunya.
"Apa sih?! Ganggu aja!" kesal Fay.
Kevin memperlihatkan cengiran bodohnya. Aish, jika bukan ia lebih tua dari Fay, sudah bisa di pastikan jika Fay akan menjitak kepala pria itu.
"Gue kira lo tidur," ujar Kevin.
Fay memutar bola mata malas. "Mau apa?!" tanyanya galak.
Kevin mencolek dagu gadis itu. "Galak banget," godanya.
Fay berdecak.
"Itu, ada temen lo di depan," ucap Kevin.
Fay mengernyitkan dahi. "Siapa?" tanyanya.
Kevin mengangkat bahu acuh. "Liat aja sendiri." Kevin segera melenggang pergi menuju kamarnya, meninggalkan Fay dengan tanda tanya besar di kepalanya.
Tanpa berpikir panjang lagi, gadis dengan sandal leopard berbulu itu segera turun ke bawah untuk melihat siapa yang datang.
Sesampainya di ruang tamu, Fay cukup terkejut, melihat Disha yang tengah berbincang akrab sesekali tertawa dengan Kenan. Ya, orang itu adalah Kenan.
"Eh, ini dia," ujar Disha.
Kenan tersadar, menatap Fay dengan senyum mengembang.
Fay mendekat duduk di samping Disha. "Ha-hai," sapanya gugup. Jujur saja, ia masih sangat gugup kala bertemu dengan pria itu, apalagi saat dia mengatakan perasaannya pada Fay.
"Lama banget sih, ini Kenannya nunggu dari tadi," ucap Disha.
"Tadi abis bersih-bersih, Buna," jawab Fay.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...