Hingga malam tiba, Disha belum pulang sampai sekarang. Wanita itu sempat mengabarkan pada Fay jika ia akan telat pulang hari ini. Begitupun dengan Kevin. Pria itu katanya ingin menghabiskan waktu bersama dengan gebetan barunya, dan selama itu pula, Fay belum pulang ke rumahnya.
Fay sebenarnya ingin pulang, akan tetapi Debay sama sekali tidak membiarkannya. Bocah itu sedari tadi terus saja mengoceh, menceritakan apa saja yang ia lakukan bersama dengan Edgar--mantan temannya. Sedangkan Kay, ntah kemana pria itu, Fay tidak tahu.
"Fay, Bunda belum pulang?" tanya Shena yang tengah duduk di sofa sembari menonton televisi.
"Belum Tan, katanya bakal telat," jawab Fay. Shena mengangguk paham.
"Kamu makan malam di sini aja ya?"
Fay menggeleng cepat. "Enggak usah Tan, nanti di rumah aja," tolaknya.
Shena berdecak. "Udah, di sini aja, soalnya Tante lagi pengen masak banyak. Biasa, nyobain resep baru."
Mau tidak mau Fay menerima tawaran itu. "Iyaudah deh, Tan." Fay mengangguk.
"De, mandi dulu yuk, sama Mbok Yan," ujar Shena pada Debay. Jangan heran, pasalnya sedari tadi sore gadis kecil itu belum mau mandi karena takut Fay pulang, dan dirinya tidak lagi mempunyai teman main.
"Oke Mambay."
Debay menghentikan acara curhatnya dengan Fay.
"Tatak Pay, jangan pulang ya, Debay mau mandi bental."
Fay mengangguk mengiyakan. Barulah bocah itu pergi bersama dengan asisten rumahnya untuk melakukan ritual mandinya.
"Sky mana, Tan?" tanya Fay. Ia penasaran, kemana pria itu menghilang sedari tadi.
"Ada tuh di kamarnya, tidur. Bangunin gih," ujar Shena, menunjuk tangga dengan dagu, meminta Fay untuk membangunkan anak sulungnya.
Fay menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Nggak deh Tan--"
"Nggak papa, sana bangunin."
Fay akhirnya menurut. Ia bangkit dari duduknya, lalu berjalan menaiki tangga menuju kamar Kay.
Fay mengetuk-ngetuk pintu kamar Kay seraya memanggilnya. Tidak ada sahutan. Maka, mau tidak mau Fay harus masuk sendiri, membukakan pintu kamar pria itu. Fay menggelengkan kepalanya, melihat Kay yang tengah tertidur pulas di ranjang empuknya.
Fay mendekat.
"Woy bangun!" Fay berdiri di samping ranjang Kay seraya melipat tangan di depan dada.
Kay sama sekali tidak bergerak.
Fay geram, ia menepuk keras lengan pria itu. Masih sama, tidak ada pergerakan.
Fay berjongkok, lagi-lagi menepuk lengan Kay. "Sky, bangun! Nggak baik tidur magrib woy!"
"Ck, ni orang tidur apa mati sih?!" Fay mengerutu.
"Sky woy! Sky--eh,,,eh..."
Deg
Jantung Fay berpacu dengan sangat cepat. Manik hitamnya beradu dengan manik hitam pekat yang berada di bawahnya ini. Ya, Kay menarik tangan Fay, hingga gadis itu terjatuh tepat di atasnya. Lama keduanya saling menatap hingga ....
Cup
Satu kecupan mendarat mulus di pipi tirus Fay. Sontak itu membuat mata Fay seketika melebar dengan jantung yang berpacu dengan sangat cepat. Fay tersadar, ia menatap tajam wajah Kay yang tengah tersenyum manis di bawahnya.
Plakk
"Awh! Sakit Yang!"
"Rasain! Dasar mesum!!" Fay tersenyum puas setelah menampar wajah Kay dengan teganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...