Terhitung sudah enam bulan usia pernikahan Kay dan Fay. Kini gadis yang tengah berbadan dua itu tengah sibuk mempersiapkan makan malam sembari menunggu kepulangan sang suami--Kay.
Ya, semenjak kejadian malam pertama itu, pasangan muda itu semakin nempel satu sama lain, hingga beberapa minggu kemudian Fay di nyatakan hamil. Tentu, itu membuat Kay serta keluarga mereka sangat bahagia. Sedangkan Fay, ia masih tidak menyangka jika sebentar lagi dirinya akan menjadi seorang ibu. Fay sempat menitikan air matanya, ntah kenapa kenangan masa kecilnya kembali terlintas di kepalanya.
"Debay sehat-sehat ya, di dalam sana," gumam Fay seraya mengusap-usap lembut perutnya yang terlihat membuncit. Ah, berkata debay alias dede bayi, Fay jadi mengingat adik kecil suaminya itu. Padahal dua hari yang lalu Debay sempat mengunjunginya bersama dengan Rehan dan Shena.
"Non, istirahat aja, biar bibi yang selesain semuanya," ujar seorang wanita setengah baya yang merupakan asisten rumah tangga mereka.
Fay menatap wanita itu seraya mengulas senyum simpul. "Nggak apa Bi, biar Fay aja."
Fay kembali fokus memasukkan bumbu-bumbu untuk sayurannya itu. Saat tengah asik-asiknya mengaduk sayuran bikinannya, Fay tersentak ketika sebuah tangan melingkar erat di perutnya. Tidak hanya itu, Fay bahkan dapat merasakan nafas teratur yang menerpa leher jenjangnya.
"Lagi ngapain, hem?" tanya Kay dengan suara lirih syarat akan lelah.
Fay mengulas senyum simpul. "Kok cepet pulangnya? Biasanya kan lagi bentar." Fay tidak menjawab pertanyaan Kay.
"Capek," keluh Kay, menyandarkan dagunya di atas pundak Fay. Tangannya masih setia memeluk bahkan mengelus perut Fay.
"Gih sana, bersih-bersih dulu, abis itu makan," ujar Fay.
"Mau peluk," gumam Kay.
"Mandi dulu, abis itu turun makan."
"Tapi mau peluk, Sayang."
Fay memutar bola mata malas. Ntahlah, semenjak dirinya hamil, suaminya itu berubah menjadi lebih manja. Aish, padahal kan harusnya ia yang di manja.
"Yaudah, yuk ke atas sama aku. Sayurnya biar di siapin bibi aja."
Mendengar itu, Kay tersenyum puas.
Fay pamit kepada bibi sekaligus meminta tolong untuk melanjutkan pekerjaannya. Setelahnya, pasangan suami istri ini pergi menuju kamar mereka.
Sesampainya di kamar, Kay langsung saja memasuki kamar mandi untuk membersihkan diri, sedangkan Fay menyiapkan baju yang akan di kenakan oleh suaminya itu. Setelahnya, sembari menunggu Kay selesai, Fay memilih berbaring sambil memainkan ponselnya.
Sesekali Fay terkekeh membaca balasan pesan dari sahabatnya itu. Gadis yang kini telah memantapkan hati untuk berhijab dan mengikuti kemauan sang ayah, Moa.
Ya, setelah putus dari Rega di karenakan perbedaan keyakinan, Moa yang notabennya terlahir dari keluarga yang sangat kaya akan pengetahuan agama, memilih untuk memantapkan hatinya untuk berhijab. Bahkan, gadis yang tengah menempuh pendidikan sebagai mahasiswa itu kini memilih mengikuti kemauan sang ayah untuk menjalankan ta'aruf bersama pria pilihan pria paruh baya itu.
Fay tersenyum kala membaca pesan Moa yang menceritakan perihal pria yang tengah menjalani ta'aruf dengannya itu. Fay senang, Fay bahagia ketika melihat sang sahabat telah pulih dari luka yang dirinya sendiri ciptakan dengan Rega. Bagi Fay, Moa adalah orang yang paling penting dalam hidupnya. Moa bukan lagi sahabat baginya, melainkan sudah seperti saudara.
Jika Fay tengah fokus dengan ponselnya, maka lain lagi dengan Kay yang baru saja keluar dari kamar mandi. Mata Kay memicing melihat sang istri yang senyum-senyum tidak jelas saat melihat layar ponselnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Подростковая литература[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...