Di sinilah mereka, di sebuah cafe yang berada tidak jauh dari komplek perumahan Fay. Cafe yang terbilang tidak terlalu ramai karena hanya terisi beberapa meja saja oleh pengunjung.
Keheningan sempat menguasai keduanya, ntahlah, Fay ingin sekali memulai pembicaraan, namun dirinya masih saja gugup. Fay meraih minuman yang di pesannya seraya meminumnya.
"Fay," panggil Kenan, membuat gadis itu mau tidak mau menatapnya seolah menunggu kelanjutan pria itu.
"Lo lagi deket sama Sky?" pertanyaan yang sukses membuat mata Fay membulat seketika.
Fay mengangguk. "Iya, deket," jawabnya, membuat Kenan mendesah kecewa. Akan tetapi, tanpa mereka sadari, pria berhoodie hitam yang duduk tidak jauh dari meja mereka, mengembangkan senyumnya.
"Rumah kita deket, gue juga sering nemenin Debay, makanya kita deket," ujar Fay lagi. Raut Kenan berubah datar, begitu pun pria itu.
"Bukan gitu, maksud gue deket dalam artian lo ngejalin hubungan sama dia," jelas Kenan datar.
Fay terdiam sejenak. "Ng-nggak, lagian dia kan deket sama Naina," jawab Fay. Ntah kenapa ia jadi gugup.
"Berarti lo nggak ada deket sama siapa-siapa?" tanya Kenan lagi.
Fay mengangguk. "Mana ada yang mau deket sama cewek jelek kayak gu-- eh ..."
"Cuma orang bodoh yang bilang lo jelek, mereka buta, nggak bisa liat sisi kecantikan lo," ucap Kenan serius, seraya menggenggam tangan Fay di atas meja.
Benar memang, Fay itu cantik. Ia tinggi, mempunyai senyum yang manis, bahkan ia juga sangat baik. Pantas di bilang cantik bukan?
Fay masih terdiam, merasakan usapan-usapan lembut Kenan pada tangannya. Dan itu membuat ia menjadi hangat.
"Kalo gue mau ngejalin hubungan serius sama lo, lo mau?"
Lagi-lagi Fay terkejut mendengarnya. Berbeda dengan pria berhoodie hitam itu, ia bahkan mengepalkan kedua tangannya.
"Ma-maksudnya?" tanya Fay gugup.
"Lo mau, jadi pacar gue?"
Fay membeku di tempat. "Ta-tapi kenapa?"
Kenan mengerutkan kening, tidak mengerti dengan apa yang di tanyakan oleh gadis itu."Kenapa harus gue?"
"Karena lo cantik, lebih tepatnya cantik hati, bukan hanya rupa. Jujur aja, pas pertama kali gue ketemu lo, ntah kenapa lo itu beda, lo aneh, di saat banyak orang yang di bully dan mereka menjadi lemah atau bahkan menyerah dengan hidup, lo malah sebaliknya. Lo lawan mereka dan lo kuat," ujar Kenan panjang lebar. Fay sampai tercengang mendengarnya.
"Lo nggak tau aja, sebenarnya gue lemah, gue cuma pura-pura kuat. Nggak ada orang yang baik-baik aja setelah di bully, apalagi itu menyangkut fisik. Gue sedih, gue bahkan menyalahkan takdir gue kenapa terlahir seperti ini, tapi kembali lagi, gue harus bersyukur dan mencoba untuk merubah diri gue sampe mereka berhenti ngebully fisik gue dan sampai mereka muji gue, harus!" tekad Fay. ingin rasanya Fay mengatakan itu, namun nyatanya itu hanya suara hatinya.
"Fay?"
"Ha, iya." Fay tersadar dari lamunanya.
"Gimana? Lo mau?" tanya Kenan meminta jawaban. Berharap jika itu adalah jawaban yang ia inginkan.
Fay terdiam. Membuat Kenan menatapnya penasaran, begitu pula pria berhoodie itu.
"Nan," panggil Fay.
Kenan bergumam, menunggu jawaban gadis itu.
"Maaf sebelumnya, gue belum bisa jawab sekarang. Tapi boleh nggak, kalo misalnya kita pendekatan dulu? Mengenal satu sama lain." dengan susah payah Fay memantapkan hatinya untuk mengatakan itu kepada pria di depannya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Подростковая литература[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...