Tidak seperti pagi biasanya, hari ini merupakan hari paling sial bagi gadis bertubuh kurus tersebut. Ya, siapa lagi jika bukan Fay. Hari ini untuk pertama kalinya ia telat sampai ke sekolah, mana hari senin pula!
Kegiatan upacara baru saja selesai, dan ia bersama dengan murid yang telat lainnya di kumpulkan lalu di beri hukuman atas keterlambatan mereka. Selama masa hukumannya, Fay tidak henti-hentinya merutuki Kevin. Bagaimana tidak, pasalnya gara-gara menunggu pria itu ia jadi terlambat! Sedangkan dia memilih untuk membolos. Kevin sempat menawarkannya untuk ikut, namun jelas saja Fay tidak mau. Menurutnya lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
"Fay, lo yang sikat toilet ya, gue capek," ujar seorang gadis yang merupakan temannya menjalani hukuman dan mendapat bagian area toilet.
Fay berdecak. "Lo kira, lo aja yang capek?" ujarnya, menghentikan kegiatannya mengepel lantai.
"Yaelah, gue kan minta tolong, sumpah gue capek banget," keluh gadis itu lagi sembari membuang sapu yang baru saja di pegangnya. Bahkan belum sampe semenit.
"Ada lo bilang minta tolong? Gue juga capek kali, bukan lo aja!" balas Fay tidak mau kalah. Yang benar saja, ia yang menyapu, ia yang mengepel lantai, lalu sekarang ia juga yang di suruh menyikat toilet!
Memang benar, gadis yang bersama Fay itu sedari tadi hanya menyender di tembok sembari memainkan ponselnya, sedangkan Fay sudah hampir selesai dengan hukumannya. Lalu sekarang gadis itu mengeluh capek. Capek main ponsel, huh?!
Gadis itu berdecak kesal. Menatap Fay dengan raut tidak suka. "Belagu banget sih lo! Mentang-mentang pacaran sama kakak kelas!"
Lagi-lagi Fay mengembuskan nafas kasar. Berjalan mendekat ke arah gadis itu. "Apa hubungannya? Lagian kalo gue nggak mau ngelakuin apa yang lo suruh, kenapa lo maksa?"
Gadis itu semakin naik pitam mendengar ucapan Fay. Ia tidak mau kalah, ia maju mendekati Fay. "Karena lo cocok ngelakuin itu! Derajat lo emang sama rendahnya dengan toilet itu! Nggak usah belagu mentang-mentang lo pacaran sama tu kakel!" gadis itu tersenyum miring sembari bersedekap dada. Menatap Fay dari atas hingga bawah. "Gue nggak yakin, tu cowok beneran suka sama lo, secara lo kan jelek, burik, jerawatan, kurus, nggak ada yang bisa di banggain!" lanjutnya menusuk.
Nafas Fay memburu, tangannya terkepal kuat di samping badannya. "DIA BUKAN PACAR GUE, KALO LO NGGAK TAU!!" ungkap Fay penuh emosi.
"Oh, bukan pacar? Tapi nggak heran sih, lagian mana ada, cowok yang mau sama cewek kayak lo!" bukan, bukan gadis itu yang menjawab, melainkan Mona. Kalian masih mengingat Mona? Ya, gadis yang melabrak Fay ketika di kantin, dan Kevin datang mengakui jika Fay adalah pacarnya.
Gadis yang sedari tadi berdebat dengan Fay, terkejut dengan kehadiran Mona. Ia memilih jalan aman dengan segera pergi dari sana, meninggalkan Fay dan Mona berdua.
Fay masih bungkam, menahan sesak di dadanya.
Mona berjalan mendekat sembari melipat kedua tangan di depan dada. "Sadar diri lo buruk rupa, nggak usah sok cantik. Rendahan!" bisiknya sarkas, lalu melenggang pergi dari sana meninggalkan Fay sendirian.
Fay masih bungkam, matanya seketika memanas. Namun, mati-matian ia menahan hasrat tangisnya yang sebentar lagi akan meledak. Masih dengan tangan yang terkepal kuat, Fay berjalan pergi dari sana. Menyusuri lorong yang sepi, nan sunyi. Berbanding terbalik dengan pikirannya yang selalu saja memutar setiap apa yang di dengarnya barusan.
Fay mempercepat langkahnya, satu tujuannya saat ini, yang jelas bukan kelas. Fay berjalan dengan pandangan lurus ke depan, berbelok memasuki ruang UKS. Tanpa mengetuk, Fay langsung masuk ke dalam sana.
"Astaga, lo buat gue kaget tau nggak!" kesal seorang gadis yang merupakan anak PMR itu.
Fay tidak mengubrisnya sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Ficção Adolescente[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...