Mengenakan seragam sekolah lengkap dengan tas yang di sampirkan di sebelah pundak, Kay menuruni tangga dengan semangat. Berbeda dengan wajahnya yang sama sekali tidak mempunyai semangat, bahkan pria itu hanya menampilkan raut datarnya. Tidak seperti biasa, ia akan menampilkan raut wajah tengilnya.
Kay melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Di sana sudah ada Shena yang tengah menyuapi putri kecilnya. Siapa lagi jika bukan Debay. Jangan tanyakan kemana Rehan, pria itu sedang berada di luar negeri untuk perjalanan bisnis.
"Mowning, Abang!" riang Debay, tersenyum sumringah.
"Morning," jawab Kay singkat. Debay mencebikkan bibir kesal. Abangnya itu tidak seperti biasanya.
Shena memperhatikan penampilan Kay dari atas hingga bawah. Shena mengernyitkan dahi. "Kenapa rambutnya nggak di keringin dulu, Abang?" tanya Shena.
"Males," jawab Kay singkat. Jujur, sekarang ini suasana hatinya sangat tidak baik.
Shena menghela nafas pelan. Tidak biasanya anak sulungnya tersebut seperti ini. Shena yakin, pasti anaknya itu sedang ada masalah. Dan ya, Shena rasa putranya itu sedang bermasalah dengan calon menantunya. Jangah salah, gini-gini, Shena juga paham bagaimana masa percintaan anak SMA. Jelas, pasalnya Shena juga pernah merasakannya.
"Sky berangkat," pamit Kay, meraih tangan Shena.
"Nggak sarapan du-- eh,,, ini tangan Abang kenapa? Kok memar gini?" tanya Shena khawatir, menelisik buku jari sang anak.
Kay menarik tangannya seraya pamit, tanpa menjawab pertanyaan Shena. "Sky berangkat." setelahnya, Kay pergi dari sana meninggalkan Shena dan Debay.
Shena terkikik geli. Baru kali ini ia melihat anaknya seperti itu. Ntah kemana sifat tengil dan manjanya. Shena menggeleng-gelengkan kepala seraya berujar. "Percintaan anak muda, emang beda ye."
Kay melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Tatapan tajamnya sama sekali tidak teralihkan dari jalan sana. Tujuan Kay saat ini tidak lain dan tidak bukan, sampai ke sekolah dengan secepatnya. Kay harus mencari jawabannya, Kay harus mengetahui faktanya. Jika boleh jujur, Kay sudah tidak tahan dengan renggangnya hubungannya dengan Fay. Kay sangat menyayangi gadis itu, Kay tidak ingin kehilangan gadisnya. Maka hari ini, Kay berniat mencari tahu kebenarannya.
Tidak membutuhkan waktu lama, Kay sampai di parkiran SMA Acacia. Siswa siswi yang datang sudah lumayan ramai. Kay mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru parkiran. Mobil milik Kevin belum ada di sana, dan itu berarti jika gadisnya belum sampai ke sekolah.
Setelah melepas helmnya, Kay berjalan memasuki gedung sekolah. Tujuannya saat ini adalah menanyakan pada Naina bagaimana kejadian sebenarnya. Saat menyusuri koridor, mata Kay melihat seseorang di depan sana, seorang gadis yang tengah berjalan bersama dengan temannya. Kay mengejarnya.
"Mana Naina?" tanya Kay, tanpa berbasa-basi.
Gadis itu meminta temannya untuk menuju kelas terlebih dahulu. Ia menatap Kay seraya bersedekap dada.
"Lo lupa, sama kejadian kemaren?" tanya Lisana.
"Ada yang mau gue tanyain sama Naina," ujar Kay, menatap Lisana datar.
"Naina di rawat di rumah sakit, kalo lo lupa!" Lisana tersenyum miring. "Gue harap lo juga nggak lupa, kalo pacar lo yang udah buat Naina di rawat di rumah sakit," lanjut Lisana.
"Kata siapa?" tanya Kay datar.
"Apanya?"
"Kata siapa kalau Fay yang menglakuin itu sama Naina?"
Lisana terkekeh. "Jadi lo ngebela pacar lo? Lo percaya sama omongan dia?"
"Kata siapa?" tanya Kay penuh penekanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...