Kay dan Fay baru saja sampai di depan gerbang rumah gadis itu. Pasangan remaja itu turun dari motor milik Rehan, berdiri berdampingan tanpa ada yang berniat mengeluarkan suara barang sedikit pun. Fay sebenarnya berniat ingin langsung masuk, namun ia urungkan kala pria di sampingnya itu hanya menatapnya datar.
"Ini gue beneran keciduk selingkuh apa gimana sih," ujar Fay membatin, sesekali menatap Kay yang masih menatapnya datar, lalu gadis itu menunduk.
"Nggak inget, kalo udah punya pacar?" tanya Kay dingin.
Fay tersentak mendengarnya. Ntah kenapa ia takut mendengar suara dingin pria itu. Seperti bukan Sky saja.
Fay memberanikan diri membalas tatapan Kay. "I-ingat," jawabnya takut.
Kay menghela nafas kasar, pria itu melipat tangan di depan dada seraya menatap Fay tanpa kedip. Tentu membuat gadis itu semakin gugup dan takut.
"Trus kenapa keluar sama cowok lain?" tanya Kay lagi, dengan tatapan mengintimidasi.
"Ta-tadinya nggak ada niat keluar, gue cuma nemenin dia bentar, katanya dia butuh gue, dia lagi ada masalah," jawab Fay cepat seraya menunduk.
"Masalah apa? Masalah perasaan dia sama lo?"
Fay bungkam. Ingin rasanya ia menjelaskan jika Kenan tengah ada masalah keluarga, akan tetapi Fay berpikir lagi jika dia tidak cukup berhak menceritakan masalah orang lain ke orang lain lagi tentunya. Ah, Fay jadi mengingat, bagaimana raut kecewa Kenan saat Kay datang dan memberitahukan tentang hubungan mereka. Demi Tuhan, Fay tidak tega melihatnya, Fay merasa bersalah.
Lagi-lagi Kay menghela nafas kasar. Tidak kunjung mendapat jawaban dari gadisnya itu, Kay menegakkan badannya, mendekat ke arah Fay.
Fay tentu terkejut, jantungnya pun mulai bereaksi.
Kay meraih tangan Fay, menggenggamnya hangat. "Nggak papa, setidaknya malem ini dia udah tau kalo lo udah resmi jadi pacar gue, dan dia nggak bakal ngeganggu lo lagi," ujar Kay, tersenyum tipis. Jujur saja, hati Kay nyeri kala melihat Kenan memeluk gadisnya, apalagi saat pria itu menyatakan perasaannya. Aish, ingin rasanya Kay menembak tenggorokan pria tersebut detik itu juga.
Fay yang tadinya menunduk, dengan ragu-ragu mengangkat wajahnya, menatap Kay. "Maafin gue," ucap Fay.
Kay terkekeh, mengacak pelan puncak kepala gadis itu. "Sans, untung gue datengnya cepat waktu, kalo nggak, mungkin lo udah nerima tuh si Kanan," ujar Kay menyinggung.
Fay mendengus kesal. "Nggak lah, gue bukan pakgel ya!"
"Yekan kali aja gitu."
Keduanya terdiam, dengan tangan yang masih saling mengenggam. Fay jadi mengingat ucapan Kenan.
"Gue nyaman sama lo Fay, gue ngerasa tenang deket sama lo. Gue sayang banget sama lo, bahkan gue udah cinta sama lo."
Fay jadi berpikiran untuk menanyakan itu kepada Kay. Apa pria yang kini sudah menjadi pacarnya ini sudah menyayanginya atau mencintainya sama seperti Kenan? Dengan ragu-ragu Fay menatap mata Kay.
"Sekai," panggilnya.
"Hm?" gumam Kay, menunggu Fay melanjutkan ucapannya.
"Lo nyaman ada di deket gue?" tanya Fay.
Kay mengerutkan kening mendengar pertanyaan gadis itu. "Nyaman banget malah, emang kenapa?"
Fay tidak menjawab. "Em lo ... sayang sama gue?" tanya Fay lagi.
Kay terdiam, mencerna baik-baik pertanyaan gadis di depannya itu. Jujur saja, Kay sendiri masih belum yakin dengan perasaan sayang atau tidaknya, tapi jika di tanya suka, Kay sangat menyukai Fay.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Подростковая литература[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...