Bel istirahat sudah berbunyi lima menit yang lalu. Setelah menyelesaikan catatan yang di berikan oleh guru bahasanya, Fay dengan segera memasukkan alat tulisnya ke dalam tas, dan berniat akan menyusul Moa dan Vio ke kantin. Ya, kedua sahabat absurdnya itu sudah lebih dulu ke kantin. Bukannya apa-apa, kedua orang itu tadinya ingin menunggu Fay selesai menyatat karena mereka berdua selesai lebih dulu, akan tetapi, Fay memintanya untuk ke kantin terlebih dahulu, dan Fay akan menyusul.
Fay mengayunkan langkahnya keluar kelas, dan seketika itu ia mendapatkan pujian serta gombalan-gombalan yang di layangkan oleh para pria kepadanya. Ya, semenjak perubahannya, Fay kali ini lebih di kenal dengan siswi yang mempunyai taraf kecantikan setara dengan Naina maupun Mona. Maka dari itu, banyak pria yang mencoba merayu Fay. Dan Fay, hanya membalas seadanya saja. Lagi pula, Fay masih ingat, kalau dirinya sudah punya pacar. Tentu kalian tahu bukan, siapa orangnya?
"Fay!" panggil seseorang dari belakang sana.
Fay menoleh, mengangkat sebelah alisnya seolah bertanya 'ada apa'.
"Mau kemana?" tanya Rian.
"Ngantin," jawab Fay singkat.
Rian ber oh ria. "Mau bareng gue, nggak?" tanya Rian, tersenyum manis.
Fay mengerutkan kening. Tidak biasanya pria itu baik padanya, padahal Rian kerap kali menghina fisiknya. Ah ya, Fay baru mengingat, jika dirinya sudah glow up, pastinya Rian tidak punya bahan lagi untuk menghinanya.
"Boleh deh," jawab Fay. Rian tersenyum merekah.
Fay hendak berjalan, namun di tahan oleh Rian.
"Emang Kay nggak marah?" tanya Rian.
Lagi-lagi Fay mengerutkan keningnya. "Marah kenapa? Lagian ngantin doang kan?" ah, Fay baru mengingat kekasihnya itu. Kay hari ini tidak masuk sekolah karena sakit. Fay yakin, jika pria itu sebenarnya sangat ingin masuk sekolah, akan tetapi sang mama melarangnya. Aish, Fay juga baru mengingat jika pulang sekolah ini, Kay memintanya datang ke rumahnya untuk menemani pria manja itu.
Rian tersenyum kikuk mendengarnya. Pertanyaan bodoh macam apa ini, pikirnya. "Yaudah, ayok!"
Fay menyetujui, saat hendak melangkahkan kakinya, Fay lagi-lagi terhenti, karena seseorang memanggilnya dari belakang sana. Fay mengembuskan nafas kasar.
Fay berbalik, seketika itu jantungnya bereaksi cepat. Sekelibat kejadian kemarin kembali berputar di pikirannya.
"Fay, bisa ikut gue sebentar?"
"Ke-kemana, Ken?" tanya Fay. Ya, orang itu adalah Kenan.
Tanpa menjawab lagi, Kenan menarik tangan Fay, membuat Rian memekik.
"Fay nggak jadi ke kantin?!"
"Lo duluan aja!" jawab Fay berteriak.
Kenan menarik Fay tergesa-gesa, menuju tempat dimana keduanya pertama kali bertemu. Ya, taman belakang.
Kenan mendudukkan Fay, di kursi yang sama pada hari itu, dan tentu Kenan duduk di sampingnya.
"Ke-kenapa, Ken?" tanya Fay gugup.
"Lo masih ingat hari itu?" tanya Kenan, menatap Fay dengan pandangan yang Fay pun sulit artikan.
Fay mengerutkan keningnya.
"Hari dimana pertama kali kita ketemu," ujar Kenan.
Ah ya, Fay kini mengingatnya. Fay tertawa sendiri, bisa-bisanya dia langsung jatuh cinta pada Kenan hari itu, apalagi dirinya yang menganggap Kenan makhluk gaib. Sial, Fay malu mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...