Motor Kay baru saja sampai di kediamannya. Fay, gadis itu turun, melepas helm miliknya seraya menatap Kay datar.
"Apa susahnya, lo nurunin gue di rumah gue sendiri?" tanya Fay dengan suara dinginnya.
Kay menghela nafas kasar. Melepas helmnya terlebih dahulu dan menatap jengah gadis di depannya itu.
"Lo kenapa sih? Badmood mulu dari tadi," ujar Kay. Nyatanya pria itu sudah cukup sabar meladeni gadisnya yang sedari tadi mendiamkannya selama di perjalanan pulang. Dan baru sekarang gadis itu mengajaknya bicara.
"Nggak, biasa aja," jawab Fay acuh.
"Ck, biasa apanya? Dari tadi diem mulu pas gue ajak ngomong. Mana di kantin tadi makan bareng si Kanan lagi," kata Kay. Kesal juga lama-lama.
"Emang kenapa? Salah? Lo aja makan bareng tuh sama cewek!"
Mendengar ucapan gadisnya, Kay menatapnya memicing seraya tersenyum. "Cemburu lo ya??" tuduhnya.
Fay gelagapan mendengarnya. "Ng-nggak! Ngapain gue cemburu!" jawabnya menggebu. Kay semakin curiga.
"Udah ngaku aja, cemburu kan lo, gue deket sama Naina?" Kay menoel pipi tirus Fay yang sudah tidak tertutupi masker itu.
Fay menghindar seraya tersenyum miring. "Gue nggak bilang tuh, kalo ceweknya Naina. Gue juga nggak bilang lo deket sama dia, cuma bilang makan aja. Oh jangan-jangan bener, lo lagi deket sama dia, cih!"
Gantian, Kay yang gelagapan mendengarnya. "Nggak astaga, deket maksudnya itu ... ah iya, pas makan duduknya deketan. Lagian disitu juga bukan cuma ada kita bedua, ada yang lain juga," jawan Kay cepat, sebelum terjadinya kesalahpahaman lebih jauh lagi. Bisa bahaya hubungan seumur jagungnya.
Fay memutar bola mata malas. "Yaya, terserah lo, gue mau pulang!" Fay berbalik hendak pulang, namun Kay menahannya.
"Pulang kemana?" tanya pria itu dengan tampang bodohnya.
Fay berdecak. "Ya kerumah gue lah!"
"Yakan ini juga rumah lo," jawab Kay menunjuk rumahnya sendiri.
"Gausah ngawur!"
"Siapa yang ngawur, kan lo bakal jadi istri gue, jadinya rumah ini, rumah lo juga dong!"
Fay membelalak mendengarnya. Bisa-bisanya pria itu memikirkan sampai ke jauh sana. Tapi tak urung, mendengarkannya membuat pipi Fay merona. "A-apaan sih lo, gajelas! Udahlah, gue mau pulang!"
"Eh eh, Bunda nggak ada di rumah."
Fay membalik badannya. Gadis itu mengerutkan keningnya. "Emang Buna kemana? Sok tau banget!" ujarnya jutek.
Kay melipat tangan di depan dada. "Bunda katanya ada urusan mendadak, dia pergi sama Kevin. Trus Ibu juga nggak masuk kerja katanya," jawab Kay panjang lebar.
Mata Fay membola. "Kok lo tau, gue nggak tau?!"
"Bunda sms gue tadi, katanya juga, dia nitip lo sama gue," jawab Kay tersenyum bangga.
"Ish! Kok Buna nggak ngabarin gue sih!" kesalnya.
"Yakan lo nggak bawa hp, Sayang! Udah ayok masuk." tubuh kaku Fay di seret paksa oleh Kay memasuki rumahnya. Bukannya apa-apa, Fay hanya terlalu terkejut mendengar pria itu memanggilnya dengan sebutan 'sayang'.
Baru saja kedua remaja itu menginjakkan kaki di ruang tamu, sudah ada Shena yang menyambutnya, datang ntah dari mana.
"Eh, udah pada pulang?" tanya wanita itu ramah.
"Tadi salam nggak ada yang nyaut!" gerutu Kay seraya mencium tangan Shena, di ikuti oleh Fay.
"Dih tumben, biasanya juga teriak-teriak, nggak pake salam," cibir Shena.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Dla nastolatków[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...