Hari mulai menggelap. Kedua remaja yang tengah di mabuk asmara itu memilih untuk segera pulang dan berakhir di salah satu cafe yang tidak jauh dari komplek perumahan keduanya.
Saat tengah asik menyantap makanan pesanannya, sebuah notifikasi masuk di ponsel milik Fay. Sebelumnya Kay tidak terlalu memikirkan, Kay kira teman atau mungkin Disha yang mengirimi kekasihnya itu pesan. Tetapi, Kay sedikit curiga kala melihat gadis itu sangatlah fokus dengan ponselnya sesekali tersenyum.
"Chat dari siapa?" tanya Kay di sela-sela kunyahannya.
Fay tidak mengubris, tetap fokus dengan layar ponselnya.
"Chat dari siapa, Yang?" tanya Kay lagi.
"Ha, ini dari Rian," jawab Fay, menatap Kay sekilas lalu kembali fokus pada ponselnya.
Kay mengerutkan kening, mengingat-ngingat siapa itu Rian. Kay rasa gadisnya ini tidak punya teman bernama Rian.
"Habisin dulu makannya, nanti lanjut lagi," ucap Kay. Lagi-lagi Fay tidak mengubrisnya.
Kay berdecak. Lalu dengan gerakan kilat ia merebut ponsel milik gadis itu, lalu di masukkannya ke dalam saku celanannya.
"Sky hp gue. Masih chattan itu."
"Abisin dulu makanannya."
Fay berdecak. "Udah kenyang. Siniin hp gue," pintanya.
"Rian siapa?" tanya Kay datar.
"Temen," jawab Fay singkat.
"Sepenting itu dia buat lo?"
Fay memutar bola mata jengah. "Lo apaan sih! Lagian dia ngechat, ya gue baleslah."
Kay tidak menjawab, ia masih menatap Fay datar, lalu merogoh saku celananya, mengambil ponsel milik Fay, dan menyerahkannya. Fay menghela nafas lega.
Menatap Fay sejenak yang sudah kembali fokus pada ponselnya, Kay bangkit, berjalan menuju kasir, lalu membayar pesanannya. Kay kembali ke meja mereka, bukan untuk duduk, melainkan mengambil kunci motornya di atas meja, dan berlalu begitu saja meninggalkan Fay.
Fay mendongak. "Mau kemana?" tannyanya. Kay tidak mengubris.
Melihat Kay yang berjalan keluar, Fay ikut bangkit, mengikuti langkah Kay yang tengah memasang helmnya.
"Pulang?" tanya Fay.
Kay tidak menjawab.
Fay menghela nafas kasar, ia menarik tangan Kay yang hendak menaiki motor miliknya.
"Lo kenapa sih?!"
Kay tidak menjawab. Ia menatap Fay datar.
Fay memejamkan matanya sejenak, mencoba sabar.
"Lo marah?"
Kay masih diam, membuat Fay gemas dan ingin menampar wajah pria itu.
"Jawablah, jangan diem."
"Lanjut aja," jawab Kay singkat, lalu menaiki motornya.
Fay menghela nafas kasar. Bagaimana bisa pria ini marah hanya karena dirinya membalas pesan orang yang notabennya adalah temannya sendiri. Fay mulai pasrah, ia hendak menaiki motor milik Kay, namun terhenti ketika ada seseorang yang memanggilnya.
"Fay."
Fay berbalik, betapa terkejutnya ia melihat orang itu. Jantung Fay berdegub kencang.
"Ke-Kenan."
Mendengar nama Kenan, Kay seketika turun dari motornya, melepas helm miliknya. Kay menatap Kenan tajam.
"Mau apa lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Ficção Adolescente[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...