Fay berdiri di depan cermin full body yang sudah di anggapnya sebagai sahabat itu. Aneh bukan? Ya, gadis itu sudah menganggap cermin itu adalah sahabatnya. Ah lebih tepatnya pantulan dirinya. Ia memilih bersahabat dengan dirinya sendiri, kadang ia mengeluh pada pantulan dirinya sendiri itu lalu kembali menyemangati diri sendiri. Sekiranya hanya itu yang bisa ia lakukan ketika sedang sendiri di kamar.
Fay meraba, menelisik setiap inci pahatan wajahnya. Mengusap-usap jerawat yang mulai terlihat kempes, dan adapula yang tinggal bekas. Fay tersenyum merekah. Setidaknya, wajah yang biasanya hitam berminyak, kini mulai terlihat bersih dan terawat.
"Pemakaian baru empat hari, tapi jerawatnya udah mulai berkurang. Syukurlah," ucapnya seraya tersenyum merekah.
Gadis yang mengenakan baju rajut crop di padukan dengan celana jeans boyfriend itu beralih menatap perut rampingnya, lalu menelusuri lengan mulusnya. Lagi-lagi Fay tersenyum merekah.
Gadis itu bergumam. "Nggak sia-sia gue beraniin diri pesen tu sabun di instagram," ujarnya.
Ya, beberapa minggu yang lalu, Fay memesan sebuah sabun badan yang dimana salah satu khasiatnya ialah untuk mencerahkan kulit dan membuat kulit lembut. Dan ya, itu terbukti.
Detik selanjutnya, senyum Fay luntur kala mendengar suara ketukan pintu kamarnya dari luar sana. Tanpa mengerutu seperti biasa karena terganggu, Fay berjalan membuka pintu kamarnya dan memperlihatkan Kevin dalam keadaan yang sangat kacau. Tanpa berkata apa-apa, Kevin menghambur memeluk Fay.
"Yoona," rengek Kevin, semakin memeluk erat adik sepupunya itu.
Fay menautkan alis. "Bang Ke, kenapa?"
"Gue lagi sakit hati," jawab Kevin, seperti akan menangis.
"Kok bisa sakit?" tanya Fay yang belum paham maksud dari pria itu.
"Cewek yang gue suka, udah punya pacar," jawab Kevin lirih.
Fay hendak menyemburkan tawanya. Jelas saja, Fay tidak menyangka jika kakak sepupunya itu sakit hati gara-gara seorang gadis. Aish, Fay sepertinya tidak mengenal Kevin yang seperti ini. Biasanya pria itu sangat suka memainkan hati banyak perempuan tanpa dirinya terluka sedikit pun.
Lagi-lagi Fay menahan mati-matian agar tidak menyemburkan tawanya, kala mendengar suara isakan dari pria itu. Yang benar saja, dia menangis. MENANGIS!
"Sssttt udah Bang, mungkin belum jodoh." Fay mengusap-usap punggung Kevin, berusaha menenangkannya.
Kevin semakin mengeratkan pelukannya. Ia sudah menghentikan isakannya. Mungkin karena malu di dengar Fay.
"Demi apa Yoona, baru kali ini gue suka banget sama cewek. Gue nggak ada niat mau permainin dia, niatnya gue mau bener-bener serius," lirih Kevin.
Terdengar Fay menghela nafas pelan. "Bang Ke, sayang sama dia? Bang Ke cinta sama dia?" tanya Fay.
Kevin menggeleng. "Belum ke tahap itu. Gue masih suka aja."
Fay tertegun mendengarnya. Ia tiba-tiba mengingat tentang hubungannya dengan Kay.
"Kenapa Bang Ke suka sama dia?"
Terdengar Kevin menghela nafas kasar, tanpa berniat melepas pelukannya. "Gue nyaman pas deket sama dia."
Lagi-lagi Fay teringat tentang dirinya yang merasa nyaman saat berada di dekat Kay. Ya, walaupun pria itu kerap kali membuatnya kesal.
Akhirnya Kevin melepas pelukannya. "Kenapa Yoona? Apa yang lo pikirin?" tanya Kevin. Ah, matanya terlihat sedikit sembab. Fay terkekeh melihatnya. Terakhir kali ia melihat Kevin menangis kala mereka masih duduk di bangku sekolah dasar karena seekor cicak tiba-tiba jatuh nemplok tepat di pundak pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Fiksi Remaja[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...