Pelajaran terakhir hari ini adalah Matematika. Pelajaran yang sangat di benci oleh Fay. Akan tetapi, meskipun gadis itu membencinya, ia sudah sangat paham akan pelajaran satu itu. Ah ya, srkedar informasi, Fay merupakan salah satu murid yang cerdas di kelasnya. Ia juga selalu masuk lima besar, ya walaupun Moa selalu berada di atasnya.
Bu Fatmi selaku guru matematika, tengah serius menerangkan materi yang tengah ia berikan kepada anak muridnya. Bu Fatmi juga salah satu guru killer di SMA Acacia.
Fay menyandarkan kepalanya ke tembok yang kebetulan, bangku tempat dirinya dan Moa duduk berada di barisan paling sisi dan dekat dengan tembok. Sementara di belakang bangkunya, ada Vio yang duduk sendirian. Ntahlah, tidak ada siswa yang mau duduk dengan gadis itu, katanya terlalu berisik.
"Lama banget sih, bel pulang," keluh Fay bergumam, namun masih bisa di dengar oleh Moa.
"Ngebet banget pen pulang, nahan boker lo ya?" bisik Moa bertanya.
Fay berdecak mendengar pertanyaan gadis itu.
"Eh tadi lo kemana? Ke toilet kok lama banget," ujar Moa lagi.
"Ketemu Kenan," jawab Fay enteng. Ia sengaja tidak memberitahu perihal barang yang di pesannya pada Rara atau perihal Mona yang membullynya.
Moa menatap Fay penuh tanya. "Akhir-akhir ini lo sering banget ketemu sama dia, lo ada hubungan ya, sama Kenan?"
Fay mengembuskan nafas kasar. Haruskah ia menceritakan semuanya pada Moa? Fay berpikir sejenak, dan akhirnya ia memantapkan diri, untuk memberitahukan kepada sahabatnya itu. Lagi pula, ia ingin meminta pendapat gadis itu.
"Cuma temenan biasa, tapi tadi dia bilang ke gue, kalo dia suka sama gue."
"SERIUS?!" Moa terkejut mendengarnya, bahkan ia sampai berdiri, seraya memekik, membuat para siswa yang ada di sana juga terkejut.
"Anjir Mo, Bu Fatmi murka noh," tunjuk Fay seraya berbisik.
Moa tersadar.
"Ada apa Moana?" tanya bu Fatmi dengan suara tegasnya.
Moa mengangguk tengkuknya yang tak gatal. "I-ini Bu, tadi ada cekoa eh, kecoa maksudnya, makanya saya kaget. Maaf bu," ucap Moa sembari menyengir kaku.
Bu Fatmi menghela nafas kasar. "Duduk kembali!" titahnya tegas.
Moa kembali duduk, mendekatkan diri kepada Fay. "Serius lo, dia suka sama lo?" tanyanya berbisik.
"Katanya gitu," jawab Fay.
"Kalian gibahin apaan sih, kagak ngajak-ngajak, jahat!" bisik Vio kesal, dari belakang.
Moa berbalik menghadap Vio. "Gibahin cowoklah, lo jomblo diem aja," bisik Moa.
Vio seketika merasakan nyeri di ulu hatinya. "Dih, jahat banget! Kayak lo bedua punya pacar aja!" cibir Vio tidak terima.
"Gue punya kali!" balas Moa, menjulurkan lidahnya pada gadis itu.
Vio berdecak kesal. "Nyenyenye, gue yang punya cokep segudang aja, biasa aja tuh!"
Fay menghela nafas kasar, mendengar obrolan kedua sahabatnya itu. Ia tersadar. "Oh iya Mo, sejak kapan lo balikan sama Rega?" tanya Fay berbisik.
"Sejak hari itu," jawab Moa sembari senyum-senyum.
Fay memutar bola mata malas.
"Oh iya, tau nggak, ternyata si Kay lagi deket sana Naina, lo tau Naina kan?" ujar Moa, bertanya pada Fay.
"Tau," jawab Fay singkat. Aish, ia kembali mangingat dimana kedua orang itu bercanda seraya tertawa saat di kantin tadi. Ntahlah, mood Fay tiba-tiba semakin buruk kala mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...