Selama di perjalanan, tidak ada yang membuka suara barang sedikit pun. Hanya angin malam, beserta kendaraan lainnya yang menjadi penghantar perjalanan pulang mereka. Jangan tanyakan bagaimana dengan Debay, bocah itu nyatanya sudah terlelap di pangkuan Fay, menghadapnya dengan kedua tangan yang memeluk pinggang ramping Fay. Sedangkan Kay, pria itu sesekali menatap Fay dari kaca spion, lalu tersenyum tipis.
"Fay," panggil Kay. Tidak, tidak berteriak. Sudah di beritahukan sebelumnya, jika laju motor butut milik Rehan ini sangatlah lambat. Macam tak ada gairah hidup.
"Iya Sekai," jawab Fay. Tanpa di sadari, Kay tersenyum mendengarnya. Aish, padahal kemarin ia sangat tidak menyukai gadis itu memanggilnya dengan sebutan 'Sekai', namun ntah kenapa kali ini ia sangat menyukainya.
"Gue boleh nanya?" tanya Kay dengan senyum yang belum beranjak.
Fay sesekali melihat Kay di kaca spion. Fay mengembuskan nafas kasar. "Tumben, biasanya langsung nyerocos aja tu mulut laknat."
Mendengar itu, wajah Kay berubah datar, membuat Fay terkekeh. "Salah mulu ye, gue di mata lo," ujar Kay dramatis.
Fay terkekeh sembari mengusap-ngusap lembut punggung Debay. "Iye, iye ah, drama mulu idup lo. Mau nanya apa?"
Kay semakin memelankan laju motornya, menatap Fay dari kaca spion. "Lo ada hubungan apa sama Kenan?"
Fay terkekeh mendengar pertanyaan Kay. "Oh Kenan, nggak ada hubungan apa-apa, cuma temen doang," jawabnya.
Fay terdiam, sebentar. Rasanya ada yang ia lupakan.
"ASTAGA KENAN!" pekik Fay, membuat Debay mengeliat.
"Jangan teriak-teriak bego! Debay bangun tuh," peringat Kay.
"Eh, ssuuttt. Maaf-maaf." Fay mengusap-ngusap punggung Debay.
Tanpa Fay sadari, Kay tersenyum miring. "Kenapa sama Kenan?" tanyanya, pura-pura tidak tahu.
Wajah Fay kembali panik. "Sekarang udah jam berapa? Aduh gue nggak bawa hp lagi!" ujarnya pada Kay.
Kay kembali menyeringai. "Kayaknya udah jam setengah sebelas deh," jawab Kay, membuat Fay membelalak.
"SERIUS?!"
Plakk
"Jangan teriak bego! Debay bangun ntar!"
Fay mengusap-ngusap betisnya yang baru saja di geplak oleh Kay dengan bibir mencebik.
"Cepetan dikit jalanin motornya! Kalo perlu ngebut, tapi pelan-pelan aja," pinta Fay.
Kay memutar bola mata malas. Lalu sesuai perintah, ia sedikit menambah laju motornya. Ingat, hanya sedikit. Kay berharap jika rencananya ini berhasil. Ya, rencana dimana ia menggagalkan rencana Kenan yang akan mengajak Fay untuk keluar. Dengan memanfaatkan Debay tentunya.
Sesampainya di kediaman Kay, Kay memasuki motornya ke dalam garasi dengan Fay yang masih bertengger di jok belakang, sembari memeluk Debay.
"Lo bisa turun sendiri?" tanya Kay pada Fay.
"Bisa," jawab Fay. Terlebih dahulu ia mengangkat Debay, untuk di gendongnya ala koala. Bahkan bocah itu sama sekali tidak terganggu sedikit pun.
"Sini deketan," pinta Kay. Tanpa pikir panjang, Fay mendekat.
Tubuh Fay menegang dengan jantung yang mulai bereaksi, dan berpacu sangat kencang. Bagaimana tidak, jaraknya dengan Kay hanya beberapa senti saja. Kay melepas helm yang ada di kepalanya dengan sangat hati-hati. Setelah selesai, baru Kay melepas helmnya sendiri.
"Ma-makasih Sekai," ucap Fau gugup.
Kay berdeham sebagai jawaban.
"Sini, Debaynya biar gue yang gendong," pinta Kay, menyodorkan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...