Pagi ini, Acacia di gemparkan dengan kedatangan seorang siswi yang di sebut-sebut merupakan murid seorang baru. Gadis cantik berambut panjang, berkulit putih, dan jangan lupakan wajahnya yang mulus dan glowing.
Bisikan-bisikan memuja pun tidak berhenti terdengar di sepanjang koridor sekolah itu. Akan tetapi, tidak sedikit yang mencibirnya.
"Anjir, cantik banget!"
"Iyasu, glowing banget mukanya kek bihun rebus."
"Mana putih lagi."
"Ck, tapi sayang, badanya kurang berisi, jadi kagak bohay!"
"Eh bentar, bentar deh, kok gue kek nggak asing sama mukanya?"
"Lah iya."
"Mirip si ... Fay bukan sih?"
"Anak Bahasa 1 itu 'kan? Yang burik itu 'kan?"
"Iye, bener! Masa iya dia sih?"
"Apa kembarannya, yak?"
Dan ada banyak lagi bisikan dari para siswi dan siswa di sana. Ya, yang pria pun tidak kalah heboh!
Fay memutar bola mata jengah. Jika dirinya tahu akan seperti ini ... maksudnya akan menjadi pusat perhatian seperti ini, lebih baik dirinya memakai masker ke sekolah tiap hari. Namun, kembali mengingat, bukannya ini yang ia inginkan? Berubah menjadi lebih cantik agar tidak di hina lagi? Mendapat pujian dari banyak orang-orang? Ya, Fay baru mengingatnya!
Fay mengangkat sedikit wajahnya, berjalan lurus ke depan, bak model, tanpa mengindahkan pujian-pujian di sekelilingnya, atau bahkan cibiran yang tak lain dan tidak bukan di layangkan oleh para siswi ke arahnya. Ya, gadis yang menggemparkan Acacia pagi ini adalah Fay. Fay di sangka siswa baru. Jelas saja, penampilan gadis itu sangatlah berbeda. Wajah mulus tanpa jerawat, kulit yang mulai bersih terawat, rambut panjang yang sengaja di gerai tanpa poni yang menutupi kening, dan jangan lupakan, seragam yang biasa ia pakai dengan size kebesaran untuk menutupi tubuh kurusnya, kini hanya di balut seragam ngepas dan rok yang tadinya di bawah lutut, berganti menjadi potongan sedikit di atas lutut, hingga memperlihatkan lekuk tubuh kurusnya. Dah ya, Fay mulai percaya diri dengan tubuh kurusnya itu.
Tidak membutuhkan waktu lama, Fay sampai di kelasnya. Baru saja dirinya memasuki kelas, telinganya kembali pengang, mendengar pekikan histeris teman-teman kelasnya, bahkan pujian-pujian yang di layangkan oleh kaum pria di sana.
"FAY!!" pekik Moa, berlari menghampiri Fay yang baru saja memasuki kelas, di ikuti Vio dari belakang.
"Sumpah demi apa lo cantik banget! Bener-bener, glow up lo parah banget!" ujar Moa tidak menyangka.
"Eh tapi bentar deh, perasaan kulit lo cepet banget bersihnya? Atau gue yang nggak ngeh ya, tiap hari liatnya?" tanya Moa.
"Lo nya aja yang nggak sadar," balas Fay.
Saatnya ... Vio beraksi.
"Fay sumpah lo pake skincare apa?! Kasih tau gue dong! Eh, percuma juga sih, pasti gue gabakal bisa beli, pasti mahal ya?!" tanya Vio dengan suara cemprengnya, menyadarkan siswa di sana akan tatapan memujanya pada Fay.
Belum sempat Fay menjawab, gadis itu sudah kembali menyerocos. "Eh bentar, bentar, bukannya kemaren-kemaren lo sekolah pake masker karena alergi udang ya? Kok malah jadi glowing gini efeknya? Kalo iya sih, gue juga mau!" tanya Vio penasaran. Memang, itu yang ia tahu.
Moa mengangguk membenarkan.
"Operasi plastik kali!" celetuk Sona--teman kelas mereka.
"Iya pasti, oplas lo ya, Fay? Udah ngaku aja!"
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Fiksi Remaja[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...