Selama perjalanan, Fay tidak henti-hentinya mengeluh sakit pada perutnya. Gadis itu mati-matian menahan rintihan, agar orang-orang di sekitarnya tidak curiga. Ah ya, Fay adalah tipe cewek yang jika sedang menstruasi menjadi sensitif, bahkan lemah. Fay jadi mengingat, jika waktu SMP setiap dirinya menstruasi pada hari senin, pasti dirinya pingsan.
"Sekai?" panggil Fay lemah.
"Apa?" tanya Kay. Kali ini mereka tidak perlu berteriak jika berbicara, karena Kay melajukan motornya dengan kecepatan normal. Lagi pula, mereka memilih jalan tikus, di karenakan Fay yang tidak memakai helm.
"Nggak usah pulang ke rumah," ucap Fay.
Kay mengernyit. "Kenapa emangnya?"
"Nggak ada, ke tempat lain aja."
"Ke rumah gue, mau?" tawar Kay.
"Nggak mau, tapi terserah."
"Lah lo maunya kemana, Saodah?" jujur saja Kay gemas melihat ekspresi tahan sakit gadis itu. Ah, macam tahan boker.
"Terserah."
Kay menatapnya datar. Terbersit ide cemerlang untuk menggoda gadis itu di kepalanya. Kay tersenyum miring. "Ke KUA mau? Kita langsung nik--"
Plakk
"Aw anj-- untung kagak si Rafael yang lo pukul!" Kay meringis, kala Fay memukul perut sispeknya. Benar, kedua tangan Fay melingkar di perut Kay.
"Bodo amat!" kesal Fay. Yang benar saja dirinya di bawa ke KUA! Akan tetapi mendengar ucapan Kay itu, jantung Fay sontak bereaksi cepat.
Kay tidak membalas. Pria itu tengah berpikir, kemana ia akan membawa gadis ini. "Apa gue bawa ke hotel aja kali ya," gumam Kay.
"APA LO BILANG?!"
"Eh, kagak-kagak," sangkal Kay cepat. Ia kira gadis itu tidak dengar.
Selama di perjalanan, tidak ada lagi percakapan antara keduanya, kali ini Kay tahu, kemana ia akan membawa gadis itu.
Tidak berselang lama, mereka sampai. Fay mengernyit heran melihat rumah yang ada di depannya ini. Terlihat mewah dan nyaman.
"Rumah siapa?" tanya Fay.
"Markas gue sama temen-temen gue," jawab Kay.
Mata Fay berbinar. "Keren banget!"
"Iya dong! Ayok masuk." Kay menarik tangan Fay, namun gadis itu kembali menarik tangannya.
"Lo nggak bakal ngapa-ngapain gue, kan?"
Kay berdecak. "Kagak! Elah, sujon banget jadi orang."
"Ayok!"
Dengan ragu-ragu, Fay mengikuti langkah Kay, memasuki rumah minimalis, dengan design mewah dan di lengkapi furniture aesthetic itu. Lagi-lagi Fay di buat takjub.
Fay hampir saja lupa, ia menengok ke belakang roknya yang di tutupi baju olahraga milik Kay. Fay membelalak.
"Se-Sekai," panggil Fay gugup.
"Apa?"
"Baju lo kena darah gue, gimana dong?" ujar Fay tidak enak.
Kay menghela nafas pelan. "Gitu doang, kagak papa. Lo tunggu di sini, gue keluar bentar beliin lo pembalut," ujar Kay.
Mata Fay membulat. "Gu-gue aja, nggak usah lo. Emang lo nggak malu?"
Kay berdecak. "Gue aja. Lagian gue rela kali, nahan malu demi lo."
Blush
Semburat merah muda mendadak muncul menghiasi pipi tirus gadis itu. Beruntungnya Kay tidak melihat karena terhalang maskernya. Oh, jangan lupakan detak jantungnya yang semakin berpacu!
KAMU SEDANG MEMBACA
INSECURE LOVE (END)
Teen Fiction[ YU DI FOLLOW DULU YUUU ] _AREA DI LARANG INSECURE!!!_ "Gue buruk banget ya?" lirihnya, bertanya ntah pada siapa. Fay tersadar, ia mengusap kasar air matanya. "Harus ya, semua cewek itu cantik? Harus ya, putih? Glowing? Nggak jerawatan? Body goals...